Seperti biasa di akhir pekan, suami selalu mengingatkan untuk kami berolahraga sejenak. Jalan kaki menyusuri komplek perumahan kami, atau agak jauhan sedikit mengitari wilayah dua atau tiga Rukun Tetangga di seputar perumahan.
Saya mengiyakan saja. Meski kadang juga sempat ogah-ogahan mengingat agenda yang yang harus saya lakukan di hari itu. Namun ajakannya tentu tidak saya tolak bila waktu cukup memadai untuk melakukannya.
***
Jalan kaki menyusuri perkampungan atau wilayah seputar tempat tinggal sebenarnya sering saya alukan sejak masih kanak. Bersama keluarga, terutama Ibu, di masa itu jalan kaki adalah kegiatan rutin yang kami lalukan.
Baik ke pasar, ke sekolah, ke koperasi dharma wanita yang ada fasilitas perpustakaannya, atau berkunjung je rumah teman, saya selalu berjalan kaki.
Ada tersedia sepeda satu-satunya milik ibu, tapi saya tidak menggunakannya. Sejauh apapun yang sekiranya saya sanggup menempuhnya, saya lebih nyaman berjalan kaki. Itulah mengapa Ibu baru membelikan saya sepeda setelah usia SMP.
Apalagi dengan kegiatan Pramuka yang saya ikuti dari sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Kegiatan yang dilakukan dengan berjalan kaki atau napak tilas, selalu saja diadakan setiap semester.
Menyusuri kampung atau jalanan kota, menyeberangi sungai, tanah pekuburan, pematang sawah dan jalanan yang tak selalu mulus, itu kenangan yang asyik bersama kawan satu kelompok.
Dua pengalaman berkesan tentang jalan kaki di saat kegiatan Pramuka, adalah saat mengikuti latihan pekanan di sekolah dan Jamnas di Cibubur, Jakarta
Saat mengikuti pelatihan dari pagi hingga sore hari di sekolah, rupanya kegiatan berakhir hampir jelang senja.