Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Mama, Aku Ingin Bercerita

Diperbarui: 9 Oktober 2022   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: pinterest.com/dvzynpdv/

Mama, aku ingin bercerita, tentang hujan pagi yang mengguyur sedari dini hari. Dingin terasa sejak semalam saat aku beranjak ke peraduan. Rindu berkelung selimut bersama tubuhmu yang hangat. Rindu dengan pelukan Mama yang takpernah absen mencium keningku.

Mama, hujan selalu mengingatkanku tentangmu. Sepanjang musim, memoriku atas kebersamaan kita, selalu menari dalam keranjang benakku.

Kala kanak aku mandi hujan, meski kau melarangku sedemikian rupa, tetap saja aki nekat bermain riang menikmati guyurannya dengan tawa terbahak. Meski beberapa hari kemudian aku jatuh sakit, sentuhan tanganmu yang hangat membalur ramuan penghangat tubuh, sangat kurindu. Hangat, penuh kasih sayang.

Mama, saat rindu ini kutuliskan untukmu, hujan sedang menyapa halaman rumah kita. Suara rintik beradu gemericik aliran di kali kecil belakang rumah, yang nantinya akan bermuara pada persawahan di balik desa. Suara yang sering kita nikmati bersama. Apakah kau juga merindukannya?

Kau bilang, hujan datang karena rindu pada tanah. Bagai jiwa yang kering, ia sapukan seluruh jagat maya dengan basuhan yang menyejukkan. Seperti halnya kasih sayang seorang ibu. Bagai air yang mengalir sepanjang musim, tak kan pernah kering menyelimuti jiwa anak-anaknya.

Aku merindukan itu, Ma. Sangat rindu. Berapa puluh tahun kita takjumpa lagi, Ma?

Mama, aku ingin bercerita, kini aku tak lagi seorang kanak yang selalu dalam pelukanmu. Aku telah terbang bersama belahan jiwaku, dengan setia menggenggam doa darimu yang menginginkan jodoh terbaik.

Aku ingim seperti Mama, selalu ada dengan guyuran kasih sayang untuk anak tercinta. Andai Mama bersamaku saat ini, si Gadis Cantik akan merasakan kelengkapan kasih sayang bersama Neneknya yang ayu rupawan.

Ya, cucu Mama seorang perempuan yang sedang meremaja. Garis wajah ayunya sangat khas dengamu. Setiap kali aku memandangnya, setiap kali pula bayang wajahmu merona di sana. Dan aku selalu berkisah tentang Mama, agar ia tahu, betapa Neneknya pun merindukannya.

Ia bertanya, dimana Nenek? Nenek ada dalam jiwamu, itu jawabku. Karena kasih sayang nenek mengalir dalam jiwanya. Juga jiwaku. Kan terus mengalir hingga keturunan tak berbatas generasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline