Barakallaah fii umrik, Fir. Sehat selalu dan doa terbaik buatmu.
Sebuah pesan singkat masuk di gawai milik wanita berparas ayu. Sang pemilik tersenyum simpul, dan sedikit mengernyit saat membaca isinya. Tumben.
Belum sempat membalas, masuk pesan berikutnya.
Sedang sibuk apa sekarang? menulis artikel?
Jiaah, lelaki itu seperti sengaja membuka obrolan. Kesambet apa Mas Doni nanya begini?
Sejenak, perempuan bermata bulat itu memperhatikan dengan seksama, memastikan ia tidak salah baca kiriman pesan itu. Meyakinkan diri, bahwa nama dan nomer yang tertera benar-benar dari lelaki yang pernah mengisi relung hatinya.
Ah, kenapa juga aku masih menyimpannya, sih?
Kalau sedang sibuk, lanjutkan aja, Fir. Semoga ucapan milad barusan berkenan.
Sekali lagi, wanita muda itu tersenyum simpul. Menghela nafas sejenak, lalu...
***
Terdengar suara getar gawai di meja kerja. Pria berkumis tipis itu meletakkan cangkir kopi di atas bufet, mendekat ke arah bunyi itu.
Matanya takjub, mendapati nama wanita yang tertera di ponselnya, dan masih berdering! Haruskah kuangkat?
Getar gawainya berhenti. Pria itu menghela nafas panjang, menyesal tak segera mengangkat panggilan itu. Bukankah sapaan itu dimulai dari dirinya yang tetiba merindu? Sssh..! Pantes gak sih nelpon balik Fira!