Teringat masa merantau dari desa ke ibukota Provinsi guna melanjutkan studi di perguruan tinggi, persiapan mental untuk jauh dari orang tua memang tidak mudah.
Secara fisik dan psikologis terasa dekat setiap hari bersama orang tua, tentu akan berbeda tinggal bersama orang lain yang bukan kerabat dalam jangka waktu yang lama.
Saat saya dan ibu (almarhumah) bertandang ke rumah tante guna sementara waktu tinggal di sana untuk keperluan daftar ulang dan tes matrikulasi di perguruan tinggi, beliau menyarankan agar saya indekos di sebuah asrama putri yang jaraknya dekat dengan kampus.
Bersyukur ada slot kosong di salah satu kamar asrama, sehingga saya bisa tinggal di sana usai urusan registrasi kampus.
***
Asrama putri yang saya tempati kala itu merupakan milik sebuah yayasan yang mengelola panti asuhan, asrama mahasiswa putri, asrama pekerja putri, mushola dan gedung pertemuan.
Terletak di tengah kota, berada di sekitar area perkantoran, jarak ke kampus hanya sekitar 10 menit berjalan kaki.
Terdiri dari 11 kamar, satu kamar untuk ibu asrama dan 10 kamar untuk para penghuni yang terdiri dari mahasiswa yang berbeda perguruan tinggi. Namun rerata adalah dari tempat kuliah yang sama meski beda program studi.
Satu kamar dihuni oleh empat orang, dengan fasilitas kamar mandi dan ruang ganti di dalam, dua ranjang tidur bersusun, dua lemari pakaian dengan dua pintu. Masing-masing penghuni berbagi lemari. Serta lemari buku yang permanen di dinding sudut kamar. Tersedia juga 1 atau 2 meja belajar, tergantung luasnya kamar.