Minyak goreng masih langka? Masih berasa mahal? Ah, saya merasa tak pantas mengeluh. Selagi masih bisa beli, alhamdulillaah. Kalau pun tetiba persediaan monyak goreng habis, ngeluh gak ngeluh kan harus tetap beli, ya kan? Jadi, daripada buang energi dengan ngedumel, saya tetap masak dengan happy ajah.
Seperti hari Ahad lalu, persediaan minyak goreng terjaga di dapur. Biar agak ngirit, saya bersiap menyiapkan masakan tumisan yang sekaligus menyediakan lauk sebagai hidangan.
Pilihan jatuh pada sayur kangkung, rasanya sudah lama nggak mengolah menu sayuran satu ini. Bersyukur suami berkenan pergi ke pasar untuk berbelanja sesuai daftar yang yang saya buat untuk masakan hari itu.
Namun sebagai pasangan sayuran ini, saya pun kangen dengen tempe gembus. Biar dikata panganan ndeso, tetap enak dan makyus untuk menjadi hidangan bareng tumis kangkung.
Sebenarnya sih pengen telur asin yang masir. Sayang, belum rezeki saya hari itu, karena meski sudah pesan ke Pak Lek sayur keliling, eh, tetiba beliau meliburkan diri.
***
Sebagaimana dilansir oleh Wikipedia, Tempe Gembus adalah salah satu makanan tradisional yang merupakan hasil fermentasi ampas tahu oleh kapang tempe Rhizopus spp.
Tempe gembus belum dikenal orang sebelum terjadinya Perang Dunia Kedua, dan baru mulai dimakan penduduk di Jawa sekitar tahun 1943 ketika persediaan makanan di perdesaan mulai menipis.
Ampas tahu, yakni sisa bahan padat dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu, umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pakan ikan, atau untuk membersihkan lantai rumah.