Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Begini Cara Saya Menyayangi Uang Recehan

Diperbarui: 12 Januari 2022   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Freepik)

Senin siang usai berkegiatan di luar rumah, tetiba saya berhasrat menghambur uang recehan yang tersimpan di celengan kaleng. 

Koin recehan yang sudah menggunung dan hampir meretakkan tutup plastiknya, tersimpan di kaleng bekas tempat bola tennis. Tingginya sekitar 27 centimeter dan berdiameter 7 centimeter. Saya tak ingat, kapan persisnya kami mulai menyimpan uang receh disitu.

Biasanya, setiap ada koin di dompet, kantong baju, atau selipan beretsleting di tas, kami kumpulkan jadi satu di celengan tersebut. Digunakan saat beli atau membayar sesuatu yang kurang nominalnya beberapa rupiah.

Iseng, saya tumpahkan seperempat bagian isinya di atas lantai. Saya pilah sesuai nominal yang tertera. Koin 100 rupiah, 200 rupiah dan 500 rupiah. Pas nemu yang 1000an, saya sisihkan untuk masuk ke celengan sedekah.

Pilah punya pilih, saya terkejut sendiri. Aih, betapa kurang ilmunya saya terhadap koin ini. Baru kali ini saya memperhatikan, ternyata cetakannya berbeda di tiap nominalnya. Saya tersenyum bahagia. Sambil menyelam minum air, sambil memilah koin, ilmu pun mengalir.

***

Koin Rp.100,- Tahun Emisi 2016  (sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org)

Saat memilah pecahan nominal masing-masing koin, saya tersenyum gembira, bahwa hari itu saya mendapatkan ilmu. Ilmu pengetahuan tentang uang recehan terbitan Bank Indonesia. 

Pada pecahan Rp.100, ada yang bergambar burung Kakaktua Raja pada bagian depan dan lambang Garuda Pancasila pada bagian belakang. Pecahan ini merupakan keluaran tahun emisi 1999. 

Menurut Wikipedia, Kakatua raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60 cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan. Daerah sebarannya ada di wilayah Papua dan Australia bagian utara.

Sedangkan pada pecahan berikutnya, seperti nampak pada gambar, adalah Pahlawan Nasional bernama Prof.Dr.Ir. Herman Johannes dan Garuda Indonesia (di bagian muka); dan tulisan Bank Indonesia beserta cetakan nominal 100 rupiah (bagian belakang), tahun emisi 2016.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline