Lebih dari sepekan lalu sebelum tahun baru, saat itu hujan deras mengguyur Kota Tepian Mahakam sejak dini hari Senin hingga jelang subuh. Ya, Senin adalah hari rutin aktivitas saya mengajar mengaji di kantor dinas.
Alhamdulillah jelang keberangkatan menuju tempat tujuan, hujan menyisakan gerimis, mengundang selera saya untuk sarapan yang berkuah dan hangat. Saya tak sempat masak untuk teman makan pagi.
Berkendara motor diantar suami, tibalah saya di warung soto langganan. Sayang, rupanya Acil penjual soto belum bersiap dengan dagangannya. Pintu masih tertutup, meski beberapa pernak-pernik bahan makanan terlihat mulai tertata di lemari kaca.
Setelah berpamit dengan suami yang segera bergegas menuju kantornya, saya berjalan kaki beberapa puluh meter dari warung soto. "Bubur Ayam saja, deh! Semoga sudah buka," harap saya membayangkan menu sarapan.
***
Meski ada gerai makanan lain di komplek perkantoran dinas di seputar Jalan MT.Haryono Samarinda, saya memilih warung yang menyediakan aneka pilihan menu sarapan. Terbayang hangatnya semangkuk bubur ayam yang akan saya pilih menjadi menu kali ini.
Sebenarnya saya pernah membeli seporsi soto ayam untuk anak gadis, berbungkus dan disantap di rumah. Saya belum mencicipi rasanya. Nakdis bilang, enak! Jadilah, saya mampir di Bubur Ayam Kappari.
Wah, sesuai foto yang saya pajang, Bubur Ayam Kappari berbeda dengan bubur ayam lainnya yang biasa saya santap. Layaknya bubur ayam yang terdiri dari suwiran ayam, kacang kedelai goreng, dan potongan cakwe. Lalu tersedia sate pindang telur puyuh, sate ampela hati ayam atau sate usus.
Namun tidak dengan bubur yang satu ini, lho!