Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Masih Adakah Ruang Maaf dan Pengampunan di Hati Kita?

Diperbarui: 8 September 2021   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilutrasi gambar:https://mobile.twitter.com/tausiyahku/status/943235541092458496/photo/1


Apakah buku diri ini, harus selalu hitam pekat?

Apakah dalam sejarah orang, mesti jadi pahlawan?

Sedang Tuhan di atas sana, tak pernah menghukum,

Dengan sinar mata-Nya yang lebih tajam dari Matahari.

Sepenggal lirik lagu yang dibawakan oleh Ebit G. Ade, sangat menyentuh hati dan pikiran saya sejak masa kanak hingga kini. 

Ketika ada seseorang yang berbuat jahat, atau difitnah melakukan perbuatan keji, tergiring di jeruji besi, entah menerima putusan hakim dengan rela atau terpaksa, para pelakunya harus menjalaninya.

Kadang saya berpikir, apa dan mengapa mereka sampai tega berbuat demikian. Namun, takdir pun dijalani, suka  atau tak suka, masa hukuman diselesaikan. Pengakuan telah disampaikan. Maaf, meski dengan hukuman mati sekalipun.

***

Budaya pengenyahan (bahasa Inggris: cancel culture atau call-out culture) adalah sebuah bentuk ostrakisme modern di mana seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial atau profesional baik secara daring di media sosial, di dunia nyata, atau keduanya. Mereka yang menjadi subjek pada ostrakisme ini dianggap "dienyahkan".

Merriam-Webster, dalam mendiskusikan sejarah istilah ini, mencatat bahwa cancel (secara harfiah bermakna "batal"), seperti yang digunakan dalam istilah ini berarti "berhenti memberi dukungan kepada orang itu," sementara Dictionary.com, dalam kamus budaya populernya, mendefinisikan cancel culture sebagai "menarik (mengenyahkan) dukungan untuk figur publik dan perusahaan setelah mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung".

Ungkapan "cancel culture" sebagian besar berkonotasi negatif dan biasanya digunakan dalam debat tentang kebebasan berbicara dan penyensoran.

Selengkapnya silakan bisa disimakmdi Wikipedia.

***

Lagu di atas penuh makna. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline