Semangat pagi, Pembaca Kompasiana yang baik hati!
Selamat beraktivitas di akhir pekan bersama keluarga dan komunitas di sekitar Anda. Gimana? Sudah berolahraga dan sarapan pagi?
Apapun menunya, bersyukur atas nikmat Tuhan dengan kesempatan keberkahan hidup hari ini, esok, lusa dan seterusnya. Aamiin.
Hari ini ba'da subuh, saya sudah berniat memasak menu sarapan pagi berupa mie goreng. Bahan utama ini sduah saya beli sejak beberapa hari lalu, namun baru bisa saya eksekusi akhir pekan ini.
Semalam saya minta bantuan suami untuk belanja bahan-bahan tambahan lainnya yang sudah menipis persediaannya.
Sengaja saya mengolah menu sederhana ini untuk sarapan pagi, sebagai bahan belajar bagi saya yang belum pernah bikin mie goreng dari tangan sendiri. Biasaaaaa, ini karena saya lebih doyan makan daripada masak sendiri. Jadi, pagi ini saya menantang diri untuk membuatnya.
***
Masyarakat kita tentu sudah tidak asing lagi dengan menu mie goreng atau mie kuah. Bisa disajikan dengan pernak-pernik tambahan lauk lainnya sesuai selera.
Mi (atau juga sering ditulis mie) adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi, walaupun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.
Lebih lengkap tentang mi dan variannya, silakan pembaca bisa simak di lama tautan Wikipedia ya.