Sedang asyik menyusun bahan tulisan untuk mengunggah artikel hari ini, saya mampir sejenak mengintip isi obrolan di whatsapp.
Niatnya sekedar mengalihkan pandangan pada tulisan yang sedang diendapkan untuk nantinya saya baca ulang. Saya buka terlebih dahulu percakapan melalui jalur pribadi, baru kemudian membuka grup yang menampilkan penandaan ke nama saya.
Tetiba mata saya tertuju pada unggahan komentar dari Kompasianer Mas Trian Ferianto, yang membagikan kebahagiaannya atas verifikasi centrang biru pada akunnya.
"Oh, gini rasanya. Hehehe. Menyusul senior-senior dan kawan satu angkatan di sini. Izin bergabung dan tetap istiqomah. Ternyata ganjaran centrang biru pas di tahun kedua dengan 100 artikel," ujarnya dengan ikon tangan bertangkup takzim. Kami pun mengucapkan selamat atas pencapaiannya di Kompasiana dengan verifikasi tersebut.
Saat menggulir isi percakapan, lho, ada yang mengabarkan bahwa akun saya pun kini bercentrang biru!
"Ya, Allah! Tenane?" Batin saya, dengan degup jantung yang tetap teratur, meski menarik nafas sejenak. Mak yuuuut, rasane!
Apa sih Verifikasi Centrang Biru?
Selama ini, saya menyimak obrolan para senior melalui percakapan di grup tentang Centrang Biru. Begitu juga dengan ulasan sesama Kompasianer tentang hal itu. Kesan yang saya tangkap adalah sebuah apreasiasi, penghargaan, pengakuan dari Admin Kompasiana.
Ada rasa bangga namun bukan jumawa, bahwa tulisan yang telah diunggah mendapatkan perhatian dan konsistensi pada penulisan di bidang tertentu.