Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Inspirasi Pagi, Menguatkan Diri Sekokoh Merapi

Diperbarui: 23 April 2021   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merapi di sudut pagi (Bidik Layar Ponsel Dok.E.R.Lestari)

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Semangat pagi, Re!
Bagaimana kabarmu di kota tempat tinggal yang baru? Semoga semuanya berjalan lancar, dirimu menemukan kawan-kawan baru yang menyenangkan. Emak supel kayak kamu, pasti cepat dapat karib baru, lah!

Re, lama kita taksaling berkabar semenjak terakhir ngobrol soal awal kesehatanku sedang menurun ya? Apalagi dengan kesibukanmu mengurus kepindahan, aku pun takingin menganggu saat itu. Maafkan, aku takbisa turut mengantar. Terima kasih atas pengertianmu karena aku pun segera fokus melakukan terapi dan pengobatan. Terakhir kita ketemu kapan ya? Aah, sudah lama nian.

***

Pagi yang indah, sangat indah, Re! 

Pagi yang menggerakkan penaku untuk berbagi cerita denganmu kali ini.

Lihatlah dari teras atas rumahku! Merapi nampak gagah, kan? Kokoh, berdiri menampilkan pesonanya kepada seluruh makhluk di muka bumi. 

Entahlah, sebesar apa gelegak magma yang disimpan dalam jantungnya. Segemuruh apa letupan-letupan lahar yang teredam dalam hatinya. Sepanas apa lava yang terkemas dalam tubuhnya. Namun, ketampanannya tetap terpancar eksotis di mataku pagi ini.

Menikmati sececap demi sececap teh hangat yang menjalari ragaku, pula pandanganku berucap syukur atas nikmat sehat yang Allah berikan. Sungguh, kunikmati sejauh mata menandang dengan kesyahduan pagi yang terpampang elok. Aku bersyukur masih bisa memandangnya hari ini. Andai kau bersamaku semula, pasti kita akan ngobrol asyik hingga siang menjelang, Re! Seperti dulu.

Aiiiih, kapan kau akan datang ke Jogja lagi?

Re, Aku pernah lho memiliki rasa takut takbisa bangun esok hari. Khawatir takbisa lagi beraktivitas sebagaimana biasa mengurus anak-anak dan suami. Kecemasan yang hadir saat aku divonis memiliki tumor yang cukup ganas, dan pengobatan yang harus dilakukan  hanyalah mellui kemoterapi, sempat menggerogoti hati dan pikiranku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline