Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

[Kusambut Ramadan 1442 Hijriah]: Hikmah Kesabaran dari Sahabat Rasul

Diperbarui: 30 Maret 2021   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar:http://sohabih.blogspot.com

Pembaca Kompasiana yang dimuliakan oleh Allah,

Pagi ini izinkan saya berbagi kisah dari seorang istri sahabat Nabi SAW, yang saya rangkumkan dari tausiyah kajian orang-orang shalih bersama KH.Ahmad Kosasih, MA - Dewan Syariah Daarul Quran. Kisah kekuatan kesabaran yang dimiliki oleh Ummu Sulaim r.a. 

Seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Abu Thalhah, pada suatu masa sedang keluar rumah selama beberapa hari karena suatu urusan. Pada saat yang bersamaan, anaknya yang tengah sakit, meninggal dunia. Kemudian saat Ia kembali ke rumah, ia bertanya kepada istrinya tentang keadaan anak mereka.

Istrinya, Ummu Sulaim, menjawab: "Keadaan anak kita lebih tenang dari sebelumnya." Jawaban istrinya tersebut, dipahami oleh Abu Thalhah sebagai tanda bahwa anaknya sudah tidak sakit lagi. Padahal sesungguhnya anak tersebut telah meninggal dunia. Ia mengurus jenazah anaknya dan meminta pertolongan orang lain untuk menguburnya. 

Ummu Sulaim tidak menampakkan kesedihan dihadapan suaminya atas berpulangnya si Anak ke hadirat Allah SWT. Sama sekali tak menampakkan raut wajah duka atas rasa kehilangan putra tercinta. Ia melayani suaminya yang baru saja pulang, menyiapkan dan menemani makan malam. Bahkan menyempatkan bersolek secantik mungkin untuk suami tercinta. Usai makan malam, Abu Thalhah pun menggauli istrinya. Ummu Sulaim tetap melayani dengan baik. Sampai dengan sejauh itu, wanita sholehah ini tetap memberikan pelayan terbaiknya kepada suami, benar-benar tidak menunjukkan rasa duka atas kehilangan putra tercinta.

Pada hadist yang lain disampaikan bahwa setelah semua urusan melayani suaminya selesai, Ummu Sulaim sampaikan hal kematian putra mereka dengan pilihan kata-kata yang sangat menyentuh.

"Wahai, Suamiku! Apa pendapatmu,  apabila seseorang meminjamkan barang atau menitipkan benda kepada kita, lalu ia mengambil kembali barang atau benda yang ia pinjamkan atau titipkan tersebut? Kita kembalikan atau kita tahan?"

"Ya, kembalikan. Karena barang tersebut bukan milik kita."

"Wahai, Suamiku! Mintalah balasan pahala atas hal tersebut kepada Allah SWT."

Sang Suami lantas paham atas perkataan istrinya bahwa ada kehilangan sesuatu di keluarga mereka. Ternyata benar, karena anak yang dititipkan kepada keluarga ini, telah berpulang kepada pemilik-Nya, yaitu Allah SWT. Atas pembicaraan itulah, meski sedikit sedih dan berduka, tetapi Ummu Sulaim menahan kesabaran atas kesedihannya sendiri agar tidak melalukan perbuatan yang menunjukkan ketidakrelaan atas kejadian tersebut.


***

Abu Thalhah kemudian menjumpai Rasulullaah, menceritakan kejadian tadi malam. Peristiwa yang menimpanya atas wafatnya si Anak, yang mana istrinya tidak memberitahukan secara langsung tentang kematiannya sejak ia baru pulang dari suatu urusan.

Rasulullaah tidak terlalu mempermasalahkan kesedihan Abu Thalhah dan sikap Ummu Sulaim. Beliau bertanya, "Apakah semalam engkau bergaul dengan istrimu?"

"Ya, betul, kami bergaul"

Rasul langsung mendoakan bagi Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, "Ya, Allah, berkahilah keduanya." 

Maksud doa ini adalah agar Allah memberikan keturunan yang sholeh dan sholehah untuk pasangan tersebut atas bergaulnya mereka tadi malam. Allah pun mengabulkan doa Rasulullaah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline