Pembaca yang budiman,
Dalam penanggalan Hijriah, ada 12 bulan yang kita kenal dari mulai Bulan Muharram (Tahun Baru Islam), Shafar, Rabbiul Awwal, Rabbiul Tsani, Jumadil Ula, Jumadil Tsani, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Dzulqo'dah dan Dzulhijjah. Penanggalan bulan-bulan tersebut disebutkan dalam Alquran, tetapi dari 12 bulan, hanya satu saja yang Allah cantumkan khusus dalam Alquran yaitu Bulan Ramadan.
Allah tidak mencantumkan Bulan Muharram, padahal bulan tersebut termasuk bulan haram (bulan mulia). Allah juga tidak mencantumkan Bulan Rabiul Awwal, meski bulan tersebut adalah bulan kelahiran Nabi SAW. Allah juga tidak mencantumkan Bulan Rajab dalam Alquran, padahal bulan ini ada peristiwa yang luar biasa, yaitu Isra' dan Mi'raj. Allah juga tidak mencantumkan Bulan Dzulhijjah, padahal bulan ini adalah bulannya ummat Islam melakukan ibadah haji, yang merupakan salah satu dari rukun Islam.
Kenapa hanya mencantumkan satu bulan saja, yaitu Ramadan? Karena bulan tersebut adalah bulan yang sangat luar biasa, bulan yang terdapat fadhilah (keistimewaan dan keutamaan),yang mana para ulama mengatakan bahwa Rasulullah menyebutnya sebagai sayyidussyuhuur (rajanya bulan-bulan):
Dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata: rajanya bulan, Bulan Ramadhan, dan rajanya hari Hari Jum'at. (Diriwayatkan oleh Al-Haitsami dalam Majma' al Zawa'id jilid 3 halaman 143.)
Jadi hal apapun yang tercantum di dalam Alquran, maka terdapat sesuatu yang istimewa, seperti Wal Ashr, Allah bersumpah demi masa. Wal Fajr, Allah bersumpah demi fajar. Seperti kisah Fir'aun, dicantumkan dalam Alquran agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang setelahnya. Jadi sesuatu yang remeh temeh, tidak mungkin Allah cantumkan dalam firman-Nya. Demikian pula dengan Bulan Ramadan.
Bulan Ramadan juga bulan memanen pahala, karena dilipat gandakan pahala amal sholeh bagi mereka yang melakukannya pada bulan ini. Selain itu Puasa Ramadan juga merupakan puasa yang diwajibkan oleh Allah. Maka dari itu, siapa saja yang menjalankan puasa Ramadan akan mendapatkan pahala yang berlimpah.
***
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa'd dari Ibnu Al Had dari Muhammad bin Ibrahim At Taimi dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Thalhah bin 'Ubaidullah bahwa dua orang laki-laki dari Baliy datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masuk Islam.
Salah seorang dari keduanya lebih semangat berjihad dari yang lainnya, kemudian dia pergi berperang sehingga ia menemui syahid. Sedangkan yang satunya lagi masih hidup hingga setahun setelahnya, lalu dia meninggal dunia." Thalhah berkata, "Kemudian aku bermimpi seakan-akan aku berada di pintu surga. Tiba-tiba aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut, setelah itu Malaikat keluar dari surga.
Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia belakangan dari keduanya untuk memasukinya, kemudian ia keluar lagi dan mempersilahkan kepada laki-laki yang mati syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, 'Kembalilah kamu, sebab belum saatnya kamu memperoleh hal ini.' Keesokan harinya Thalhah menceritakannya kepada orang-orang, mereka pun heran. Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan kejadian tersebut.
Maka beliau bersabda: "Perkara yang mana yang membuat kalian heran?" mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah orang yang paling bersemangat dalam berjihad dari yang lain, lalu dia mati syahid. Tapi mengapa orang yang lain (laki-laki yang meninggal belakangan) justru masuk surga terlebih dahulu darinya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?" mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?" mereka menjawab, "Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda: "Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi."
(Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3915 - Kitab Takbir Mimpi)
Hikmah dari kisah sahabat berdasarkan hadist di atas bahwa:
- Menemukan atau berjumpa dengan bulan Ramadan, mengisinya dan menggunakannya dengan semaksimal mungkin ibadah di dalamnya, itulah sebab sahabat Nabi tersebut justru masuk surga terlebih dahulu, MasyaAllah.
- Maka kita sebagai ummat Nabi SAW, jangan melewatkan 'tamu agung' ini. Kita diajarkan untuk berdoa: Allahumma bariklanaa fii rajaba wa sya'ban wa balighnaa Ramadhan. Ya Allah, berkahilah saya di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan umur saya hingga bulan Ramadhan.
- Inilah bulan percepatan ketertinggalan kita terhadap ummat terdahulu dalam memenuhi ibadah dengan pahala berlipat ganda. Kaum terdahulu umurnya panjang hingga lebih dari seratus tahun, sedang ummat Rasulullaah berumur kurang dari itu. Allah memuliakan waktu dengan amal shaleh melalui bulan mulia ini. Untuk itulah perlu persiapan sebaik-baiknya dalam menyambut dan mengisinya.
***