Wajah sepuh itu melayangkan tatapan sendu.
Matanya sayu sarat kesedihan mendalam.
Pancarannya menyiratkan batin yang kembali terguncang pilu.
Meski senyum berusaha dihadirkan, getir terasa menghunjam.
Ini bukan kali pertama, yang seharusnya menjadi pelajaran agar tak terulang kali kedua.
Kiranya godaan setan senantiasa mengintai.
Atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang, makhluk neraka menggempur syahwat manusia.
Pantang menyerah, terus menggerus dengan segala seringai.
Sang Pemuda yang merasa dirinya gagah,
Kembali kelu dan tergugu.
Berharap pintu maaf terbuka -lagi- untuknya, atas sebuah salah.
Menyangsikan kesungguhannya, semua masih mencerna keadaan dengan termangu.
Oi, Ananda, jangan lukai perasaan orang tua.
Saat usia mereka makin senja, harap kedamaian dan kebaikan yang menemaninya hingga tutup usia.
Tak elok bertingkah macam keledai jatuh pada lubang yang sama.
Pelajaran masa silam, pasti ada pengalaman berharga.
Namun, apakah buku diri ini harus selalu hitam pekat?
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan?
Sedang Tuhan di Atas sana, takpernah menghukum
Dengan sinar mata-Nya yang lebih tajam dari Matahari. *)
Maka, camkan baik-baik petuah bijak.
Agar hidup takmakin rusak.
Segala ajuan maaf, lakukan dengan segenap taubat.
Memang manusia tempat alpa, namun bukan berarti takbelajar dari kesalahan yang pernah diperbuat.
***
Judul di atas saya cuplik dari bait puisi 'Aku' - Chairil Anwar
*) Lirik Lagu 'Kalian Dengar Keluhanku' - Ebit G.Ade.
Buat yang terpuruk, bangkitlah! Jangan pernah kembali pada kelamnya masa.