Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Mengenal Degenerasi Retina Perifer dan Pencegahan dari Kebutaan

Diperbarui: 5 Februari 2021   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memeriksakan kondisi mata secara berkala (sumber gambar: https://hellosehat.com)

Pembaca, apakah saat ini Anda membaca tulisan saya dengan menggunakan alat bantu baca seperti kacamata atau contact lensBersyukurlah apabila kondisi mata Anda masih normal dan tetap terjaga sehat tanpa menggunakan satu atau keduanya. Pada tulisan kali ini, saya ingin berbagi info tentang kesehatan mata sebagai bentuk kepedulian atas organ tubuh yang sangat penting.

Ya, istilah 'mata sebagai jendela dunia' ada benarnya. Ciptaan Allah yang disematkan sebagai indera penglihatan bagi manusia ini, sangatlah penting karena dengannya kita bisa melihat indahnya alam semesta dengan segala warna dan bentuk. Termasuk menikmati samudera ilmu melalui sebuah bacaan.

Saat menulis artikel ini, saya menggunakan alat bantu pandangan dengan menggunakan contact lens. Sudah hampir delapanbelas tahun menjadi pengguna setia. Saya tidak menggunakan kacamata, karena mata minus yang cukup tinggi, sehingga takkuat rasanya menggunakan kacamata dengan lensa tebal. Kepala teras pusing dan berat pada bagian hidung dan telinga.

Pada pertengahan bulan Januari 2021 lalu, saya mengalami infeksi pada mata kiri akibat terlalu lama menggunakan tablet saat menulis. Abai pada kelelahan mata yang saya alami, mengakibatkan mata merah dan linu jika terkena sinar lampu atau sekedar memandang cerahnya langit. Akhirnya saya memeriksakan kondisi tersebut ke dokter spesialis mata. Berdasarkan tiga kali kontrol selama pengobatan dan pemulihan, alhamdulillaah kondisi mata saya berangsur membaik. Pelajaran yang sangat berharga untuk saya.

Nah, Pembaca yang budiman, pada umumnya seseorang akan mengalami perubahan penglihatan pada jarak pandang, baik rabun dekat (hipermetropia) maupun rabun jauh (miopi) pada usia tertentu.
Rabun dekat dan rabun jauh sama-sama membuat mata sulit fokus untuk melihat benda-benda di sekitar. Rabun jauh terjadi ketika cahaya yang masuk justru jatuh di depan retina, sementara rabun dekat disebabkan oleh cahaya yang masuk ke belakang retina.

Menurut dr. Niken Nuringsih Rachmawati, Sp.M , (dokter spesialis mata yang berpraktek di Klinik Spesialis Mata SMEC Cabang Samarinda, Kalimantan Timur), kelainan refraksi pada manusia ada beberapa macam diantaranya myopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), astigmatism (silindris) dan presbiopia (rabun dekat usia lanjut).

Jenis-jenis kelainan refraksi (sumber gambar: http://www.p2ptm.kemkes.go.id

Myopia biasanya terjadi karena sumbu aksial bola yang panjang sehingga fokus bayangan benda yang kita lihat jatuh di depan retina, untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris negatif atau minus. Sebaliknya, hipermetropia biasanya terjadi karena sumbu aksial bola mata yang pendek sehingga fokus bayangan jatuh di belakang retina, untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris positif atau plus.

Astigmatism adalah suatu kondisi dimana terdapatnya irregularitas di kornea atau lensa mata, sehingga bayangan yang terbentuk di retina tidak bisa fokus pada satu titik. Untuk koreksinya diperlukan lensa Silinder plus atau minus.

Sedangkan presbiopia atau mata tua adalah gangguan membaca atau melihat dekat yang disebabkan penurunan daya akomodasi lensa akibat usia. Untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris plus 1.00-3.00 dioptri.


Dari keempat macam refraksi tersebut, saya mengalami kondisi mata yang dinamakan highmyopia atau myopia berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline