Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Kalimantan Timur, Uniknya Takkan Luntur

Diperbarui: 8 Februari 2021   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para penari di Lamin Adat Desa Budaya Pampang, Samarinda (sumber gambar: https://kaltimprov.go.id)

Pembaca yang budiman,
Kompasiana mengajak konpasianers untuk menceritakan keistimewaan yang melekat pada provinsi yang menjadi wilayah tempat tinggalnya. 

Saat ini saya berdomisili di Kalimantan Timur, tepatnya di Kota Samarinda, ibukota provinsi yang berada di wilayah Waktu Indonesia Tengah. Ya, saya merantau dari Pulau Jawa sejak tahun 2000, dan kini telah menetap bersama keluarga kecil di 'Kota Tepian Mahakam'.

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi terluas kedua setelah Papua, memiliki potensi sumberdaya alam melimpah dimana sebagian besar potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. 

Sumber daya alam dan hasil-hasilnya sebagian besar diekspor keluar negeri, sehingga provinsi ini merupakan penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor pertambangan, kehutanan dan hasil lainnya.

Karena sektor inilah, Kalimantan Timur memiliki daya tarik bagi para pencari kerja sehingga banyak perantau dari luar provinsi yang meniti karirnya disini.

Sebagai warga ibukota provinsi, saya menyaksikan keunikan warga yang masih terus melekat. Berkumpulnya berbagai suku yang ada, menghadirkan keharmonisan penduduk sekitar. Suku Jawa, Sunda, Bugis, Banjar dan Kutai cukup dominan. 

Segala makanan khas dari mereka tersedia di beberapa warung atau restoran yang membuka usaha di sektor kuliner. Juga pada perhelatan pernikahan atau syukuran keluarga. 

Takheran, jika bahasa percakapan sehari-hari antarwarga pun bercampur-aduk, sesuai logat dan dialek yang digunakan. Sudah biasa bagi saya mendengar obrolan yang meluncur dari dua orang berbeda suku. 

Yang satu berujar bahasa banjar, yang satu berbalas dengan bahasa jawa. Sudahlah begitu, masing-masing sama-sama paham saja lah. Hanya saja untuk berbalas ujar dengan bahasa lawan bicara, lidah terasa masih kelu, belum luwes. Yang penting obrolan tetap asyik saja.

Saya belum menjelajah dan berwisata ke seluruh penjuru Kalimantan Timur. Padahal saking luasnya provinsi ini, sangatlah menarik untuk dikunjungi hingga ke sudut kawasan. Izinkan saya berbagi pengalaman ketika mengunjungi tempat wisata yang cukup unik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline