Assalamu'alaikum, Diary.
MasyaAllah, bagaimana kabarmu?
Lebih dari tiga dekade kita tak saling sapa dan tukar cerita. Olala, maafkan aku yang tak pernah menorehkan kisah sedu sedan dan sumringah bahagia padamu. Segala peristiwa yang menghampiri di tiap episode, hanya bisa terkenang sendiri dalam lubuk yang berbalut apik.
Diary, ada suatu kala, aku sungguh tak ingin menyentuhmu lagi. Saat keinginan hanya aku, dirimu dan Allah yang tahu, kiranya orang lain justru mengumbar kemesraan kita.
Meski bukan hal tabu dan aib, namun kedamaian kita menjadi terusik karenanya. Itulah kala aku tak percaya untuk menggoreskan segala rasa padamu, Diary.
Sekali lagi, maafkan aku yang jarang berbagi nada-nada hati.
Kali ini, izinkan aku menyapamu, ya!
Peluk sayangku semoga tersambut hangat olehmu. Kan kubagi kisah tentang hari-hariku. Harap kauberkenan menjadi teman baik dalam menadah kesatuan ujar yang meluap dari kalbu dan akal budiku.
Oi, kiranya aku telah menumpahkan damba padamu untuk kita kembali bermesra, seperti dulu.
Diary, wassalamu'alaikum.
Asa jumpa digoresan berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H