Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Ketika Maut Tak Menyebut

Diperbarui: 2 Januari 2021   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar:https://harianriau.co

Raja telah mangkat
Usianya telah uzur
Digantikan putra mahkota
Meneruskan kekuasaan

Ulama telah berpulang
Ilmunya telah paripurna
Diteruskan para murid yang berjuang
Menebarkan manfaat hingga penjuru dunia

Presiden telah wafat
Tugasnya tiba-tiba berakhir
Amanat beralih pada sang Wakil
Melanjutkan cita-cita bangsa dan negara

Prajurit telah gugur,
Tertembak peluru musuh.
Semangat membara tak kan padam.
Menyala senantiasa dalam jiwa.

Fir'aun telah binasa.
Terlena oleh keserakahan yang membuatnya jumawa.
Tak ada lagi yang ingin setia padanya.
Kesombongan telah meluluhlantakkan semuanya.

Perampok telah tewas,
Dalam sekali sentak timah panas
Menembus, menghunjam jantung.
Roboh, dengan wajah jeri.

Ayam telah mati,
Sebilah pisau tajam menyayat perih.
Ia telah rela dikorbankan.
Menggelepar, hingga darah penghabisan.

Bagaimana keadaan kita saat menutup mata?
Pentingkah penyebutan saat kembali keharibaan-Nya?
Hanya karena akhlak baik dan rahmat-Nya,
Kita tutup usia dengan harap husnul khatimah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline