Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Mengingat Kematian: Bisakah Kita Memilih?

Diperbarui: 2 November 2020   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terhenyak sesaat, dan menyebut asma Allah, kala saya mendapat kabar berpulangnya rekan sejawat kakak saya, pada Hari Sabtu (31/11/2020) lalu.

Meski sudah lama tak bersua karena kesibukan almarhum sebagai kepala seksi di sebuah kantor dinas lingkup Propinsi Kalimantan Timur, saya mengingatnya sebagai sosok yang ramah dan suka bercanda.

Saya pernah bekerja sebagai tenaga honorer di kantor dinas  awal tahun 2000an. Kemudian tahun 2002 menerima tawaran kerja di tempat lain. Bertahun-tahun kemudian aktivitas saya kembali ke kantor tersebut untuk mengajar mengaji para ibu, dua kali dalam sepekan.

Pagi ini, seperti jadwal biasa, saya memulai mengajar. Kami membaca Surah Al-Fatihah dan mendoakan almarhum. Sembari ibu-ibu lain menunggu giliran mengaji, mereka menceritakan kenangan selama almarhum masih hidup.

Rupanya usai bercengkrama dan jalan-jalan sejenak ke mall bersama Istri, setiba di rumah beliau mandi membersihkan diri, tiba-tiba beliau tak sadarkan diri. Sempat dilarikan dan dirawat di rumah sakit, namun nyawa beliau tak tertolong lagi. Demikian sekelumit cerita yang disampaikan ibu-ibu di mushola.

Kenangannya sama. Beliau ramah, hampir tidak pernah marah. Kalaupun ada hal yang kurang berkenan tentang urusan kantor kepada bawahan atau rekan sejawat, beliau selalu santai dan tertawa saja ketika menegur. "Ya, begitulah cara dia menyampaikan ke kita, ga pake marah atau ngomel. Menegurnya sambil ketawa aja, jadi kita sebagai bawahan ga beban, tapi tetep hormat. Baik banget lah pokoknya," ungkap kakak saya yang pernah bekerja sama dalam satu tim proyek di kantor.

***

"Begitulah, Sis. Orang baik banyak yang berpulang." Sahabat saya berkomentar dengan berita meninggalnya beliau. "Semoga Allah meridhoi segala amal baik kita, dan berpulang kepada-Nya dalam keadaan husnul khatimah, aamiin."

Kalau orang baik banyak yang berpulang, apakah kemudian orang buruk belum banyak berpulang?

Apakah itu tanda Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat? Memberi waktu agar mempersiapkan sebaik-baiknya diri kala ajal menjemput?

Lalu bagaimana memaknai waktu agar kita bisa mengisinya dengan sebaik-baik manfaat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline