Lihat ke Halaman Asli

Siska Aningdiyah

Orang yang hobi menyuarakan pikiran, pendapat, dan uneg-uneg melalui sebuah tulisan

[#NgopiNi] Paradigma Pendidikan bagi Wanita

Diperbarui: 6 November 2019   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: shutterstock

Salahkah seorang wanita memiliki pendidikan yang tinggi? Menurut saya tidak salah. Bukan karena saya adalah seorang wanita kemudian saya membela kaum saya. Tetapi menurut pandangan saya, pendidikan sangatlah penting untuk siapapun termasuk wanita. Boleh saja wanita memiliki pendidikan yang tinggi, itu hak untuk mereka.

Namun sayangnya paradigma masyarakat yang menganggap bahwa wanita tempatnya di rumah atau lebih tepatnya mengurus dapur itu masih melekat. 

Paradigma itulah yang terkadang membuat wanita yang memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi menjadi dilema, utamanya bagi wanita yang tumbuh di lingkungan yang dalam tanda kutip tidak terlalu menjunjung pendidikan bagi kaum wanita.

Pikiran serta omongan yang mengatakan bahwa "Untuk apa wanita menempuh pendidikan sampai tinggi? Toh akan berakhir mengurus rumah alis menjadi ibu rumah tangga." Sekarang pertanyaannya, salahkah seorang ibu rumah tangga memiliki pendidikan yang tinggi? 

Menurut saya sangat tidak salah, justru itu akan menguntungkan mereka, dengan berpendidikan yang tinggi ia bisa mendidik anaknya dengan lebih baik.

Ia bisa membimbing anaknya belajar, dan bisa saja ia membantu perekonomian keluarganya dengan membuka usaha kecil-kecilan di rumah atau tanpa harus meninggalkan rumah, bisa saja bekerja secara online atau menjadi penulis blog berbagi tips bagi mereka yang gemar menulis, atau masih banyak lagi kegiatan yang dapat mereka lakukan. 

Untuk itu tidak ada salahnya seorang ibu rumah tangga memiliki pendidikan yang tinggi, toh ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, sudah menjadi kodrat bagi wanita kelak setelah ia menikah.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kalau masih ada orang yang melarang wanita untuk memiliki pendidikan yang tinggi, lalu bagaimana dengan kata emansipasi? Apakah kata emansipasi hanya menjadi label semata bagi kemerdekaan seorang wanita?

Bukankah dulu, seorang pahlawan perempuan Indonesia yang dijuluki Pahlawan Emansipasi Wanita yang bernama Ibu R.A. Kartini memperjungkan pendidikan atau hak bagi kaumnya yaitu wanita? 

Lalu mengapa pola pikir seperti itu masih berkembang dimasyarakat kita? Lalu bagaimana dengan ungkapan "Tuntutlah ilmu hingga ke Negeri China?" Apakah itu tidak berlaku bagi seorang wanita?

Menurut saya, yang membuat mereka berpikir bahwa perempuan tidak wajib berpendidikan tinggi adalah suatu saat mereka akan berkeluarga, mereka harus mengurus rumah, menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline