Lihat ke Halaman Asli

Siska Selviya

Mahasiswa Universitas Andalas

Analisis Ego dalam Film "Eat, Pray, Love" Sebuah Film Adaptasi dari Novel Karya Elizabeth Gilbert

Diperbarui: 15 Desember 2023   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sinopsis Film Eat, Pray, Love

Menurut Freud dalam Bertens (2006:33) ego terbentuk karena diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dunia luar, khususnya orang di sekitar bayi kecil, seperti orang tua, pengasuh, dan kakak-adik.

"Eat, Pray, Love" adalah film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Elizabeth Gilbert. Film ini mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita bernama Elizabeth Gilbert, yang diperankan oleh Julia Roberts.

Ego yang terdapat dalam tokoh utama film "Eat, Pray, and Love" karya Ryan Murphi yang dirasakan oleh Liz karena adanya beberapa masalah psikologis yang dirasakannya. Perubahan id menjadi ego dalam diri Liz disebabkan oleh orang terdekatnya, yaitu suaminya sendiri.

Masalah tersebut diawali dengan ketidaknyamanan dalam hati Liz karena sudah delapan tahun menikah dengan David tetapi belum juga mempunyai rumah pribadi. Kehidupan mereka hanya numpang dan ngontrak. Kemudian konflik semakin mendalam saat Liz merasa suaminya tidak pernah memberikan nafkah lahir dan natkah batin kepada dirinya.

Liz merasa cintanya kandas oleh orang yang dicintainya. Konflik semakin meruncing setelah David menghabiskan seluruh harta Liz untuk melunasi hutang- hutangnya. Liz semakin merasa terpukul dan terjadilah perceraian.

Dengan konflik di atas, maka Liz pun berubah menjadi perempuan yang semakin keras kepala dan sibuk mencari kebahagiaan. Liz mencoba mencari kebahagiaan dengan membaca buku To be Happy. Saat itu, Liz tetap juga tidak menemukan makna bahagia itu sendiri. Maka, dia memutuskan untuk melanglang. buana ke Italia. Di Italia, Liz bertemu dengan beberapa orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat. Kesenagan yang dirasakan Liz selama Italia hanya pada makanan. Liz sangat menikmati beberapa makanan halia seperti gelarto, spagetti, napolen, kopi cappucino, dan pizza. Oleh karena itu, berat badan Liz naik hingga delupun kilogram.

Liz tersentak ketika seorang ibu pemilik kos tempat Liz menginap mengatakana bahwa kebahagiaan permanen ada pada keluarga. liz juga mencoba membaca pesona di suatu tempat di Roma. Tempat tersebut sangat berantakan ddan semrawut. Liz mulai mengambil kesimpulan bahwa kekacauan tetap akan bertahan. Kerusakan adalah kebahagiaan. Dan kerusakan adalah jalan transformasi berupa gelombang untuk perubahan.

Lalu, Liz berangkat menuju India untuk mencari ketenangan batin. Liz. menjalani meditasi sebagai upaya pendekatan kepada dewa Liz bertemu lelaki.

Amerika yang juga sedang menjalani meditasi di India Lelaki tersebut. mengatakan pada Liz bahwa memaafkan diri sendiri lebih baik daripada menunggu pasangan memberi maaf terlebih dahulu.

Setelah beberap lama di India, Liz kembali lagi ke Bali bertemu dengan guru spiritualnya, Ketut Liyer Selama di Bali, Liz berusaha untuk mencari jati diri. Sampai akhirnya Ketut menyampaikan tiga kekuatan yang harus ada dalam diri, yaitu mile with face, smile with mind, and smile with hearth.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline