Lihat ke Halaman Asli

Susilawati

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Kekuatan imajinasi

Diperbarui: 30 Mei 2022   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dampak dari kecil suka membaca, sejak Sekolah Dasar (SD) sudah membaca majalah anak-anak yang populer saat itu Bobo dan terkadang suka membaca buku intisari milik orangtua yang juga jadi langganan bagi keluarga kami. 

Saat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), saya dan adik-adik serta beberapa teman membuat perpustakaan kecil di daerah pedalaman tempat tinggal sehingga menambah semangat dalam membaca kemudian menjadi senang berpikir serta merenung secara mendalam dan menghasilkan imajinasi untuk melakukan hal-hal menarik bagi diri secara luas. 

Memotivasi diri untuk membangkitkan imajinasi terhadap berbagai keinginan yang menjadi sebuah angan-angan. 

Imajinasi yang berkembang (dalam arti baik) begitu bebasnya sangat menyenangkan, tanpa sadar suatu waktu ngobrol santai di sore hari dengan orangtua dan mengatakan bahwa saya akan membuat ini dan itu, karena cukup banyak yang disampaikan akhirnya membuat orangtua (alm Bapak) memarahi saya dan mengatakan dengan logat Medan "ahh banyak sekali pun maumu.."

Kemudian menjadi pikiran baru lagi, apa yang salah jika banyak hal yang ingin diwujudkan, dengan begitu bukankah mampu memotivasi diri lebih kuat dalam menggapai mimpi setidaknya jika terealisasi satu atau dua angan-angan, itu sudah bagus sekali. Dampak lainnya juga jadi fokus bagi diri dalam niat, pikir dan laku untuk menjalankan angan tersebut.

Akhirnya saya mulai mengatur langkah untuk masa depan yang dimulai dengan menentukan seorang pasangan hidup. Ada beberapa pilihan saat itu diantaranya seorang pengusaha lokal, prajurit TNI dan pekerja di perusahaan minyak asing di Timur Tengah.

Saya memilih yang terakhir dengan harapan ia akan mampu membantu mewujudkan mimpi saya yaitu berkeliling dunia. Dengan begitu tidak menunggu lama untuk mewujudkannya karena sudah terdukung baik dari semua sisi utama materi. 

Keinginan berkeliling dunia dari sejak remaja karena ingin melihat negara lain secara nyata, hal ini sangat menantang tentunya. Namun akhirnya rencana tersebut tidak berjalan lancar sesuai harapan karena sang suami terlalu kaku baik dalam pikir dan tindak. 

Akhirnya memutuskan  berpisah agar dapat dengan leluasa menjalankan keinginan tersebut dengan catatan tentu urusan anak-anak dalam tumbuh kembangnya semua dijalankan dengan baik secara utuh dan penuh tanggung jawab sebagai seorang ibu.

Upaya Ini hanya untuk diri sendiri karena saat menikah masih terlalu muda sehingga masa remaja belum habis dirasakan dan harapannya saat menikah terwujud, akhirnya mencari jalan lain dengan hidup sendiri. 

Dengan begitu lebih mudah mengatur dan menjalankan rencana perjalanan dengan yakin, lebih terukur dan dapat dikendalikan dengan sangat baik (lebih tenang).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline