*Ruang demokrasi nasional harus sehat agar optimum capaiannya*
Mengapa ruang demokrasi nasional sulit tertib? Beberapa hal yang mungkin secara sadar atau tidak telah terabaikan oleh setiap individu seperti sistem hukum yang berlaku tidak dipatuhi, mengumbar pamrih pribadi, fokus kemewahan namun mengabaikan kemanusiaan (rasa kasih sayang terhadap manusia).
Di samping itu pemahaman yang salah arti demokrasi yang sejatinya diberi ruang sama bagi setiap orang dalam menyampaikan kehendak dan aspirasi, dengan tidak memaksakan pendapat kepada orang lain yang berbeda pandang.
Bagaimana tidak, dirasakan masih terus membenturkan pandangan yang berbeda sebaik apapun narasi yang dibangun. Dengan selalu berfokus pada makna negatif bahkan dari narasi yang sangat positif dan terang untuk tujuan mencerahkan agar bisa saling membuka hati dan pikiran. Seperti mengkhawatirkan jika pihak yang berlawanan yang benar itu akan merendahkan pihak sebaliknya, terus mematahkan argumen apapun yang baik bagi kebutuhan kehidupan nasional.
Entah belajar darimana demokrasi yang demikian, menganggap pihak yang berbeda sebagai pengganggu. Padahal dalam sistem politik demokrasi ada fungsi checks and balances yang dijalankan oleh elemen bangsa agar pemerintahan tidak salah arah, apalagi dalam mengemban amanah rakyat sebanyak 270 juta jiwa ini.
Seluruh bangsa Indonesia wajib mendukung pemerintahan yang sedang berjalan, namun tentu bentuk dukungan tidak harus sama. Ada yang mendukung dengan berada di pihak pemerintahan namun ada yang mendukung tapi berada di luar pemerintahan agar berjalan fungsi kontrol dan pemerintah tidak salah arah. Seperti beberapa kasus korupsi yang masih terjadi walau dalam situasi serangan wabah Corona, apakah hal seperti ini dibiarkan? Sejatinya pemerintah berterimakasih masih ada yang mau membantu mengawal kinerjanya secara objektif agar tetap dalam alur konstitusi. Selain kinerja efektif tetapi juga tanggung jawab sebagai pemimpin sukses tidak bersentuhan dengan hukum di akhir masa jabatan yang berarti mewariskan kinerja baik bagi bangsa Indonesia usai kepemimpinannya. Karena pemimpin yang hanya berfokus pada kekuasaan akan mengacaukan negaranya, sejatinya menegakkan kemanusiaan dan keadilan.
Kesalahan seorang pemimpin itu bagaikan gerhana matahari dan bulan, semua orang dapat melihatnya. Jika mau mengoreksinya maka semua orang akan menghormatinya. Peran inilah yang diambil oleh elemen bangsa dalam mengktitisi, bukan ingin menjatuhkan tapi menegakkan kebenaran dan seorang pemimpin harus siap untuk menerima masukkan dari berbagai elemen.
Ada dua hal yang sangat sulit dilakukan orang pada umumnya yaitu sulit mengetahui keburukan diri dan sulit memberitahu keburukan diri kepada orang lain. Oleh karena itu fungsi kontrol yang dijalankan oleh elemen bangsa sudah sangat tepat untuk kemajuan bersama.
Maka, bagi mereka yang merasa sebagai pendukung pemerintah minded, harus berterimakasih karena sudah menyelamatkan kepemimpinan pemerintahan. Jadi tidak perlu melarang pihak yang sedang menjalankan fungsi kontrol dalam ruang konstitusi bernegara. Pada akhirnya semua kembali kepada sang pemimpin bagaimana dapat mengelola negara dengan baik. Dengan kemampuan mengendalikan keinginan, keinginan tidak diumbar walau sebagai pemimpin negara dan keberhasilannya dapat dicapai dengan bersikap hemat.
Jika setiap individu sudah tahu dan sadar akan perannya di ruang demokrasi, keyakinan besar bahwa demokrasi nasional akan berjalan lebih tenang, efektif dan lebih sehat serta menumbuhkan silaturahim lebih erat antar sesama anak bangsa.
Bangsa bijak, selalu mendapatkan manfaat dari setiap perbedaan dan menjadikan sebuah anugerah tak ternilai harganya, dari perbedaan muncul lebih banyak ide, gagasan, konsep besar untuk memajukan negara selain bagi diri sendiri, mengapa kita tidak menjadi bangsa demikian? Mari kita mengubahnya menjadi lebih berharga. Dengan berpikir cerdik, ambil manfaat dan keuntungan tapi dengan tidak membuat yang lain terganggu, mampukah?