Lihat ke Halaman Asli

Susilawati

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Kompetisi Pilpres 2024 Sejatinya antara AHY, Prabowo dan Moeldoko

Diperbarui: 14 Oktober 2021   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada akhirnya setelah mengamati ruang demokrasi nasional secara seksama arah kompetisi mengerucut pada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Prabowo Subianto (PS) dan Moeldoko.
Tiga kekuatan ini yang menjadi martir kompetisi pada pemilihan presiden (pilpres) mendatang.

Pada sistem politik demokrasi siapapun warga negara Indonesia (WNI) yang telah memenuhi persyaratan berhak dipilih dalam kompetisi pemilihan umum (pemilu). Hanya kemudian yang menjadi catatan khusus, bagaimana kekuatan di belakang mereka mendorong agar sang calon dapat merebut kemenangan tersebut.

Bagi AHY, selain sebagai generasi muda yang masih bersih (tidak memiliki rekam jejak buruk baik secara hukum maupun etika moral), juga adalah Ketua Umum salah satu partai besar nasional yaitu partai Demokrat. Juga memiliki kecakapan strong leadership (militer) dan akademisi. 

Ini adalah perpaduan yang sangat seimbang dan dibutuhkan dalam menjalankan kerja politik karena bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat juga mampu mengelaborasikan dan mengkolaborasikan setiap kinerja dengan bidang lainnya. Peluang dan kesempatan ini menjadi modal kuat bagi AHY untuk maju dan menang pada pilpres 2024.

Begitu juga dengan PS, yang juga adalah Ketua Umum sebuah partai politik nasional (Gerindra), yang masih memiliki keinginan maju dalam kompetisi pilpres 2024 walau sebelumnya sudah dua kali kalah dalam kompetisi pilpres di tahun 2014 & 2019. 

Tidak masalah selama tidak menyalahi UU, hanya jika dilihat dari pengalaman pilpres 2019 lalu saat kompetisi dilakukan secara maksimal dan berdarah-darah oleh para pendukung setianya, lalu saat kalah PS justru mengambil keputusan bergabung dengan pemerintah sejatinya bisa tetap berdiri tegak dengan para pendukung setia tersebut di luar pemerintahan sebagai oposisi untuk menghargai. 

Hal ini tentu meruntuhkan kepercayaan dari para pendukung kepada PS, walau mungkin bekal amunisi sudah terdukung baik saat ini namun dari sisi simpati masyarakat agak diragukan tanpa bermaksud merendahkan perjuangan beliau.

Begitu pula dengan Moeldoko yang diam-diam ternyata ingin ikut serta meramaikan kompetisi demokrasi pada pilpres 2024 mendatang, kenapa tidak? Jokowi yang sederhana dan memiliki pengalaman serta kemampuan sederhana saja bisa menjadi presiden apalagi diri yang telah mencapai prestasi tertinggi (bintang empat) pada institusi militer, seharusnya lebih bisa.

Namun yang disayangkan adalah cara Moeldoko sangat tidak simpati, karena justru melemahkan demokrasi dengan mengambil paksa kepemimpinan partai Demokrat yang sah (AHY) untuk mengantarkan diri dalam pesta demokrasi tersebut.  

Alih-alih mengharapkan simpati rakyat jika demikian caranya justru menunjukkan kelemahan diri, bagaimana bisa dipercaya untuk menjalankan amanah rakyat jika tega mencederai demokrasi dengan melawan hukum/negara serta melukai perasaan generasi muda bangsa yang memiliki hak sama dalam ruang politik demokrasi.

Jika hal seperti ini sangat mudah terjadi khawatir akan menular ke bidang-bidang kehidupan lainnya, akhirnya melemahkan sendi kehidupan berbangsa otomatis stabilitas negara terganggu karena kaum muda tidak akan diam dan akan terus berjuang untuk menegakkan demokrasi dan keadilan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline