Yang diketahui masyarakat tentang Perubahan Iklim selama ini, selalu identik dengan temuan NASA mengenai fenomena melelehnya es di Antartika ataupun Artik. Padahal Hutan Hujan Indonesia sama halnya seperti es di Antartika dan Arktik, yang juga mengambil peran penting dalam perubahan iklim di Bumi.
Seperti yang sudah kita ketahui, ada berbagai macam alat tes psikologi untuk melihat kepribadian seseorang. Salah satunya bernama Tes Baum atau yang biasa kita kenal dengan tes menggambar pohon. sama seperti namanya, tes ini dilakukan dengan cara melihat hasil gambar sebatang pohon. Psikolog tersebut bisa membaca gambaran umum seseorang dari hasil Tes Baum.
Mengapa harus menggambar pohon? Tepat sekali! ini juga merupakan pertanyaan yang pernah terbesit dalam benak saya ketika dosen psikologi kepribadian menerangkan materi tes kepribadian. Dan alasannya sangat simple, yaitu karena pohon dapat menggambarkan kondisi manusia secara keseluruhan.
Pohon sama seperti Manusia yang mana setiap anggota badan memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dan semua bagian dari pohon juga memiliki fungisnya masing-masing dalam artian semua bagiannya dapat dimanfaatkan. mulai dari Akar sampai Buah, semua memiliki arti yang dapat merepresentasikan apa yang terdapat di dalam diri seseorang.
HUTAN
Dalam kehidupan, pohon juga memiliki peran penting bagi manusia. Yang pertama, pasti karena Pohon merupakan penghasil Gas O2 yang kita butuhkan sehari-hari, kemudian ia juga merupakan bahan dasar keperluan seperti kertas, tissue perabotan rumah tangga dsb. Tentunya tidak cukup satu pohon untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat di bumi, bukan? Pasti kita membutuhkan banyak pohon. Dan kumpulan pepohan ini biasa kita sebut dengan istilah Hutan.
Selain berguna untuk manusia, hutan juga merupakan rumah dan perlindungan terakhir bagi satwa yang meliputi 12 persen spesies mamalia, 7,3 persen spesies reptil dan ampibi, serta 17 persen spesies burung dari seluruh dunia. Dalam studi penelitian Ramdane Alkama dan Alessandro Cescatti bersama Institut Komisi Eropa untuk Lingkungan dan Keberlanjutan menemukan bahwa hilangnya hutan yang juga sebagai penjaga kestabilan iklim di bumi menyebabkan peningkatan kenaikan suhu udara rata-rata dan maksimal. Menunjukkan bahwa pengelolaan hutan jauh lebih kompleks ((http://ngi.cc/n6s2).
INDONESIA
Meskipun Indonesia tercatat sebagai negara hutan hujan tropis kedua di dunia setelah brazil (sumber), faktanya Indonesia juga tercatat dalam Giunness Book of Records "sebagai negara dengan laju kecepatan kerusakan hutan" (deforestrasi) tertinggi, yaitu mencapai 2 juta hektar pertahunnya, yang setara dengan 4x luasan pulau Bali.Atau mencapai7,2 hektar hutan permenitnya, yang juga setara dengan 5x luasan lapangan sepak bola.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia juga mencatat sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut setiap tahun. Data ini menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta di antaranya sudah habis ditebang. Dan bedasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah Luas Daratan Kawasan Hutan Indonesia terhitung sampai maret 2015 hanya seluas 120 773 441, 71 Ha (sumber).
BONUS DEMOGRAFI
Beberapa hal yang patut digaris bawahi kita sebagai manusia dengan negara yang memiliki dominasi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dimana akan mencapai puncak dari era bonus demografi pada angka 70%, yang mana dari jumlah penduduk total yang menurut proyeksi BPS dicapai antara rentang tahun 2025-2030. Sudah sepatutnya aware dengan isu-isu perubahan iklim yang kian meresahkan dewasa ini. Bayangkan saja, ternyata banyak hal yang selama ini kita remeh dapat berdampak besar bagi perubahan iklim bumi.
Dilansir dari Greenpeace.org (sebuah organisasi lingkungan global) yang memuat artikel berjudul "14 Alasan Mengapa Kita Perlu Menyelamatkan Hutan dari Defortasi" menjelaskan beberapa poin penting, yaitu
- Dari semua spesies di darat sekitar 2/3 mengaku hutan sebagai rumah mereka. Harimau yang merupakan spesies indikator bagi kesehatan hutan, dan sekarang harimau Sumatera digolongkan sebagai satwayang 'terancam punah' dalam daftar spesies yang terancam dari IUCN dimana kategori selanjutnya adalah 'punah di alam'
- Tidak hanya bagi harimau, Hutan Indonesia juga adalah rumah bagi banyak satwa langka termasuk Gajah Pigmi, gajah terkecil di Asia, dan salah satu jenis gajah yang paling sulit dipahami di dunia, Kangguru pohon sangat tangkas dan gesit di pepohonan, mampu melompat sejauh 30 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya , 'Orangutan'(Red: Orang Hutan) sebuah nama yang luar biasa, karena mereka berbagi sekitar 97% DNA dengan manusia masuk kategori satwa yang 'terancam punah'
- Hutan telah diekspansi oleh perkebunan kelapa sawit untuk pembuatan shampoo, pasta gigi, coklat, sampul majalah dan kertas toilet, bertanggung jawab untuk hampir 2/3 dari kerusakan dari tahun 2009 hingga 2011
- Satu dekade lalu, sebuah survey ilmiah menemukan bahwa Taman Nasional Teso Nilo di Indonesia adalah lokasi dengan keanekaragaman hayati tumbuhan paling kaya di dunia. Laporan kami menunjukan bagaimana, sejak tahun 2011, penghancuran besar-besaran di Teso Nilo -- sebagian besar untuk kelapa sawit -- telah menghancurkan hampir 1/2 dari luas hutan yang masih tersisa. Bulan Juni tahun 2013, hanya 39.000 hektar hutan alami yang masih tersisa
- Greenpeacemengakui kelapa sawit, jika diproduksi secara berkelanjutan memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Kegiatan pertanian ini telah membawa keuntungan sosial ekonomi serta membantu melindungi hutan yang tersisa
Dari artikel tersebut tentunya kita sebagai generasi muda Indonesia tidak ingin di'bodohoi' terus menerus oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan hutan kita tanpa pernah memikirkan nasib generasi penerus bangsa ini bukan?
Dan Mereka tentunya harus memastikan rantai pasokan minyak sawit mereka memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan di Indonesia. Pemerintah pun sudah seharusnya memperketat izin penebangan pohon dan pengawasannya sendiri agar illegal logging di Indonesia tidak melulu terjadi tanpa ada efek yang pasti.
Tapi tidak adil namanya apabila kita hanya menkritisi tanpa ikut memperbaiki mental diri sendiri bukan, toh semua kesalahan selalu datang dari kedua belah pihak, Internal dan Eksternal, Yin dan Yang. Maka kita juga harus ikut berkontribusi menjaga kelestarian Hutan milik ibu pertiwi.
Kita sebagai generasi Millenial bisa ikut mengurangi jumlah kebutuhan kayu dengan melakukan hal-hal yang kita anggap remeh selama ini seperti berhemat kertas dengan memanfaatkan kertas bekas, tidak memakai tissue secara royal dan bisa mengganti nya dengan sapu tangan, selalu segera menutup ruangan ber-AC, menggunakan listrik dan air seperlunya dengan selalu mematikan lampu saat malam dan menutup kran air saat akan keluar dari kamarmandi.
Hanya kita yang berpotensi menyelamatkan hutan dan semua yang ada didalam muka bumi. Jika Manusia (Kita) yang menyebabkan semua ini dan bukan Tumbuh-tumbuhan ataupun para satwa, maka sudah seharusnya juga kita yang menyelamatkannya seperti awal semula.
Karena sebuah perubahan besar selalu dimulai hal- hal kecil dari dalam diri sendiri, bukan? [cc]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H