Dalam lautan ku sebrangi, tinggi bukit ku jalani, percuma hidup jika tiada arti, ada rasa namun mati, ada nyawa namun mati, ada kehidupan yang tiada tujuan.
Hidup tiada tujuan ibarat kan tiang listrik yang tiada aliran, ibarat tiang listrik aku hanya sebagai kerang lautan, jika kehidupan tiada tujuan kenapa ada sebuah perdebatan kehidupan.
Perdebatan kehidupan tidak akan mengubah apa pun di dalam pikiran yang mati, dalam pikiran yang mati tidak akan mengubah kata hati.
Kata hati bukan hanya kata namun itu sebuah drama, drama yang sebuah peran dalam kehidupan.
Aku hidup namun mati, hidup di dunia tanpa di anggap ada oleh orang-orang sekeliling ku. Apa yang harus ku lakukan jika semua membenci diri ini...
Apakah kekurangan ku menjadi hambatan kebahagiaan ku, atau aku harus pergi ke negri orang agar aku di hargai...
Jangan, jangan datang dalam keadaan duka, aku akan merasa bahwa engkau perhatian kepada ku, aku adalah anak yang tidak di anggap sama sekali dan aku berjuang tanpa dukungan seorang ibu dan ayah, aku hidup tiada arti dan aku hidup di penuhi penderitaan, salah kah jika aku mengatakan bahwa orang tua ku jahat..?
Jahat orang tua ku tidak akan merubah kasih sayang ku terhadap mereka.
Hidup terasa sudah mati ibarat kan bernyawa namun tak berbicara, aku hidup loh tapi kenapa kehidupan ku di anggap tidak ada. Apa salah ku hidup hingga aku di anggap sebagai benalu kehidupan. Apakah aku kehancuran bagi kehidupan semua orang??
Tuhan aku berjalan, aku berdiri dan aku bernafas tapi tiada lagi ku rasakan kehidupan ku. Aku sepi, sunyi, hampa siapa yang bisa memahami diri ku kalau bukan diri ku sendiri.
Aku hidup tanpa adanya kehadiran seseorang dihidup ku, tolong tuhan bantu aku dalam menjalani semua ini walaupun hidup ku tak ada arti bagi keluarga ku, tolong bantu aku memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tidak pernah di anggap sempurna dimata keluarganya sendiri.