1. Tanggal Pernikahan
Angin sepoi-sepoi bulan Desember, basah
la datang dari jauh, menderu kabar; kau telah menegas buritan rumahtangga
padahal, baru saja tiba suratmu kesepuluh, kuyup kan airmata;
"lekas kembali, kita tuntas kerinduan" tulismu singkat
pun waktu yang sama, aku masihlah setia menghitung rindu, persis menghitung gelombang.
Di bangkai perahu ini, suratmu telah berhasil membuatku terkungkung berhari-hari
pabila malam bertamba malam, kekosongan yang kuhimpun
begitu tergeletak di bawah bulan sepotong semangka, gerimis dibungkus garam, bertenaga meniris tubuh yang perak.
Barang sejenakpun, tak mengadah langit. Hidup kan binasa
begitujuga kata-kata yang bersarang dalam doa, lenyap dalam kerlap gemintang.