Lihat ke Halaman Asli

Idul Fitri Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

Diperbarui: 5 Juli 2016   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: slideplayer.info

Setiap agama atau aliran kepercayaan di dunia, pastilah memiliki ritus tertentu, tak hanya Natal di dalam Kristen, Nyepi di dalam Hindu, di Islam, Perayaan Hari Raya Idul Fitri, menjadi salah satu ritus yang dikultuskan. Idul Fitri lebih dimaknai sebagai perayaan hari kemenangan, yaitu perayaan atas penaklukan terhadap diri sendiri, selama sebulan berjuang mengendalikan hawa nafsu sebagai penjara atas diri sendiri. Dan, puncaknya pada Hari Raya Idul Fitri, semua orang dipastikan kembali tersucikan, baik lisan maupun tindak, sebagai cerminan Tuhan.

Idul Fitri merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat penting. Penanda Idul Fitri; mentari 1 Syawal bergelantungan di atas cakrawala,riuh gema Tauhid, Tahlil,dan Tahmid, pun berkomandan hingga membela semesta. Lalu, bersujud dua rakaat untukmenyibak tirani kepenguasaan atas segala kuasa. Idul Fitri tak hanya ibadah yang memiliki makna syar'i, akan tetapi memiliki makna yang sangat luas.

Secara syri'i ibadah atau shalat Idul Fitri merupakan serangkaian aktifitas penyerahan diri terhadap Tuhan, setelah sebulan lamanya berpuasa. Namun, dari perspektif ilmu komunikasi, shalat Idul Fitri merupakan sebuah bentuk komunikasi ekspresif yang dilakukan oleh seorang ataupun komunitas sebagai pernyataan emosi: perasaan-perasaannya.

Idul Fitri Sebagai Fungsi Komunikasi

Dalam kajian ilmu komunikasi, perayaan Hari Raya Idul Fitri berfungsi sebagai: komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, dan komunikasi ritual.

Pertama, Idul Fitri berfungsi sebagai komunikasi sosial. Komunikasi sosial mengisyaratkan pembentukan konsep diri, aktualisasi-diri untuk keberlangsungan hidup demi memperoleh kebahagiaan dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Jika dilihat dari Komunikasi sosial, perayaan Idul Fitri sebagai instrumen pembentukan konsep diri dan aktualisasi-diri. Pembentukan konsep diri dapat dicapai dengan saling memperbaiki hubungan antarsesama manusia, sedangkan aktualisasi diri dalam konteks perayaan Idul Fitri, lebih pada penegasan hubungan transendental, spiritual.

Semerbak Idul Fitridi sambut meriah oleh masyarakat kita, tak hanya yang beragama Islam, mereka saudara kita di luar sana menampakkan hal yang sama, saling bertandang dan menggawangi mukim untuk memberikan permohonan maaf dan memaafkan antarsesama anggota keluarga hingga anggota masyarakat. Saling memaafkan, tujuannya memupuk kembali hubungan persaudaraan yang sempat renggang. Dengan momentum Idul Fitri ,mereka saling memafkan dan kembali memupuk hubungan antarsesama, maka dapat dikata Idul Fitri bukan sekedar ritual tahunan, tetapi perayaan Idul Fitri berfungsi sebagai keberlangsungan tujuan komunikasi.

Gordon I, Zimmerman, salah satu pakar komunikasi, sebagaiman Prof. Deddy Mulyana, M.A. Ph.D, menulis dalam bukunya, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar,Gordon, membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori: Pertama, kita komunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas penting yang berhubungan dengan kebutuhan kita. Dan, kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pendek kata, tujuan berkomunikasi yaitu penyelesaian tugas akan kebutuhan dan memperbaiki hubungan.

Begitu penting kita mensoalkan perbaikan hubungan di sini, selain komunikasi bertujuan menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis, kita dihadapkan pada sebuah kondisi kehidupan bermasyarakat yang sarat akan gesekan sosial maupun teologis, baik sifatnya horizontal maupun vertikal. Secara horizontal; Hablumminannas, gesekan antarsesama pemeluk maupun pemeluk yang lain, misalnya ketidaksamaan pemahaman baik di ranah sosial maupun ranah teologis. Sedangkan, secara vertikal yaitu memperbaiki hubungan hamba dengan Tuhan; Hablumminallah. Maka, momentum Idul fitri, sesuai pemaknaannyakembali merefleksikan kualitas kemanusiaan kita, menjadi sebaik-baik manusia: insan kamil, tersucikan dirinya; laku dan tindak untuk bermanfaat bagi orang lain, sebagaimana anjuran Tuhan.

Kedua, Idul Fitri berfungsi sebagai komunikasi ekspresif. Erat hubungannya antara komunikasi sosial dan komunikasi ekspresif, komunikasi ekspresif berfungsi sebagai pernyataan perasaan seseorang atau komunitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline