Lihat ke Halaman Asli

Surabaya Sport Center (SSC) dan Pembiayaannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan perkotaan sering kali memunculkan beragam persoalan, diantaranya adalah persoalan dalam penyediaan pelayanan publik. Pembangunan sarana dan prasarana merupakan salah satu bentuk usaha dalam hal penyediaan kebutuhan masyarakat kota, terlebih hal ini sangat menunjang dalam hal peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kota. Kota Surabaya yang merupakan salah satu kota dengan tingkat pengaruh proses urbanisasi yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, tentu memerlukan penyediaan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat kota itu sendiri. Salah satu bentuk penyediaan pelayanan publik bagi masyarakat Kota Surabaya yaitu dengan dibangunnya sarana olahraga berupa stadion.

Surabaya Sport Center atau yang lebih dikenal dengan SSC merupakan sarana olahraga berupa stadion yang ke depannya diharapkan akan menjadi icon sarana olahraga Kota Surabaya seperti halnya keberadaan Stadion Bung Karno di Jakarta. Adapun sumber pembiayaan proyek pembangunan SSC dianggarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya ini memakan anggaran yang kurang lebih mencapai Rp. 440,2 milyar. Proyek SSC ini seluruh pembiayaan pembangunannya ditanggung sepenuhnya oleh Pemkot Surabaya dengan menggunakan APBD murni (pembiayaan konvensional) sebagai sumber dana dan dengan menggunakan alokasi pembiayaan multi years (penganggaran tahun berganda) selama tiga tahun terhitung sejak tahun 2007-2009. SSC yang berlokasi di Kelurahan Tambak Dono, Kecamatan Pakal, wilayah Surabaya Barat ini tersebut memiliki 13 bagian seperti stadion utama dan lintasan atletik (Gelora Bung Tomo), GOR indoor, lapangan tenis, kolam renang, serta lintasan ketangkasan bermotor.

Pembiayaan pembangunan SSC ini ditujukan antara lain sebagai upaya mengakselerasi penciptaan pemanfaatan ruang publik untuk mendukung konsep strategi blue print olahraga nasional dalam rangka menuju era profesionalisme baru, mentransformasikan roda ekonomi dan meminimalkan problem sosial kemasyarakatan, menstimulasi masyarakat agar selalu memprioritaskan kesehatan melalui olahraga dalam mewarnai kegiatan keseharian dan menjadi penyeimbang pembangunan perkotaan yang selama ini lebih terkonsentrasi di wilayah Surabaya Timur dan Selatan, sehingga sesuai rencana strategis Pemerintah Kota dalam mengurai problem perkotaan yang kian kompleks. Tujuan pembangunan ini memang baik bagi Kota Surabaya ke depannya, terlebih jika tujuan jangka panjang ini tercapai yaitu mampu sepenuhnya menjawab persoalan dasar masyarakat seperti menurunkan angka kemiskinan, pengangguran, dan berbagai problem di bidang pendidikan dan kesehatan.

Apabila dilihat dari sisi prospektivitas, pembangunan SSC sebenarnya berkorelasi positif dengan kepentingan publik Surabaya. Namun pada kenyataanya, SSC yang telah diresmikan pada tanggal 6 Agustus 2009 ini terlihat ‘lahir prematur’ dan rentan akan masalah. Hal ini terjadi karena pembiayaan pembangunan SSC ini tidak terhenti pada pembangunan gedung saja, segala bentuk instrumen pendukung pembangunan SSC ini terkesan belum matang dalam konsepnya dan dikesampingkan. Berbagai persoalan mengenai pembiayaan instrumen pendukung, antara lain :

1.Pembiayaan Jaringan Air Bersih

Mengenai pembiayaan terkait pembangunan SSC terkait kebutuhan air bersih area SSC yang memerlukan pemasangan pipa PDAM dengan anggaran dana kurang lebih sebesar Rp. 200 milyar perlu ditindak lanjuti agar kegiatan di area SSC dapat segera berlangsung. Sumber pembiayaan ini bersifat konvensional atau pembiayaan ini murni dari Pemkot dengan menggunakan dana APBD murni.

2.Pembiayaan Jalan

Jalan merupakan salah satu infrastruktur sebagai akses masuk ke SSC. Jaringan jalan menuju ke sana sampai saat ini yaitu dapat melalui Jalan Raya Pakal dan jalan menuju tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo.Kondisi jalan tersebut dianggap tak cukup memadai sebagai jalan utama akses ke SSC. Untuk itu Pemkot Surabaya menemukan solusi yang dianggap tepat, yaitu dengan adanyapengajuan pembukaan akses keluar dan masuk dari area SSC ke jalan tol Surabaya-Gresik kepada Pemerintah Pusat. Apabila akses ke tol itu bisa terwujud maka hal itu akan semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses ke SSC. Sumber pembiayaannya dapat menggunakan prinsip yang lebih menguntungkan yakni kerjasama sektor swasta seperti joint ventures ataupun BOT. Hal ini dikarenakan dalam sumber pembiayan yang diperoleh untuk proyek penyediaan dan pembangunan SSC seharusnya dilakukan sesuai dengan studi William J. Parente USAID Enviromental Services Program yang mendefinisikan PPP (public-private partnership), bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia yang dapat dikerjasamakan oleh pihak swasta salah satunya adalah jenis barang Toll Goods yang pemanfaatannya dibatasi jika ingin menikmati.

3.Biaya Operasional

Biaya perawatan yang kira-kira menghabiskan dana 1,5 milyar/tahun ini sangat merugikan Pemkot Surabaya.Pemkot Surabaya dapat menggunakan Prinsip Kontrak Pelayanan, Operasi dan Perawatan (Operation, Maintance and Service Contract)sebagai sumber pembiayaan operasional dalam jangka waktu tertentu dengan pihak swasta.

Dari penjabaran diatas, adapun strategi agar pemanfaatan SSC ini terasa sebaiknya pembiayaan akan instrumen pendukung tersebut lebih diperhatikan oleh Pemkot Surabaya sehingga pembangunan yang telah memakan anggaran yang cukup spektakuler sejauh ini tidak terkesan ‘mangkrak’ dan tidak memiliki manfaat yang cukup signifikan. Jika persoalan terkait SSC ini terselesaikan, maka SSC juga dapat dijadikan ‘motor penggerak’ pembangunan di wilayah Surabaya Barat. Hal ini disesuaikan dengan arahan Pemkot Surabaya yang memang menginginkan Surabaya Barat lebih berkembang karna selama ini pembangunan kota terkesan terpusat di wilayah Surabaya Timur dan Selatan saja. Selain itu dalam hal pembiayaan, kekurangan yang ada pada pembiayaan proyek SSC ini adalah minimnya sumber pembiayaan yang berasal dari pihak swasta, sehingga pemerintah dalam proyek selanjutnya harus mampu membuka iklim investasi yang baik agar tujuan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur kota yang berkelanjutan dapat tercapai dengan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline