Lihat ke Halaman Asli

sisca wiryawan

A freelancer

Jurnal Hantu, Bab 33 - Dia

Diperbarui: 27 September 2024   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com.

"TUYUL HITAM! TUYULKU SAYANG, TOLONGLAH AKU! SINGKIRKAN ANAK IBLIS INI DARIKU," teriak Pak Romi panik. "NANTI AKAN KUBERIKAN APA PUN YANG KAU INGINKAN JIKA KAU BERHASIL MENGUSIRNYA."

  Tuyul Hitam gemetar ketakutan. Ia meringkuk di bawah tempat tidur Pak Romi. Ia berusaha menyembunyikan dirinya sebaik mungkin. Bisa saja ia melarikan diri, tapi ia tak tega meninggalkan Tuan Majikan-nya seorang diri.

    Tuyul Hitam merasa ini adalah akhir kisah hidup Pak Romi, Tuan Majikan tersayangnya yang telah mengurusnya puluhan tahun. Ia sangat mencintai Pak Romi walaupun ia sering disiksa oleh Pak Romi. Tapi, ia sungguh tak berdaya. Ia terlampau takut menghadapi sang anak iblis. Ia tak menyangka di dalam Jurnal Hantu terdapat anak iblis. Majikannya begitu ceroboh melepaskan segel anak iblis. Jika sudah begini, Tuyul Hitam pun tak bisa membantu. Ia hanyalah makhluk pesugihan yang ahli mencuri, bukan ahli perang.

    "ARGH, IA SEMAKIN MENDEKATIKU. TUYUL HITAM, TOLONG! AKU MENYESAL SERING MENYIKSAMU!" Teriak Pak Romi semakin histeris.

   "Ayah, jangan takut!" Ujar bocah tersebut dengan senyum semanis madu. Ia semakin mendekati Pak Romi. Bahkan, ia naik ke pangkuan Pak Romi. "Bukankah Ayah mengakuiku sebagai anak? Apakah Ayah mengingkari kata-kata Ayah sendiri?"

   Pak Romi meneguk ludah dengan susah payah. Jakunnya bergerak naik turun. Bagaimana mungkin ia mempercayai makhluk mistis ini?

   "Ayah, aku sangat lapar. Sebagai Ayah, tentu akan memberi anaknya makan, bukan?" Tanya bocah tampan itu memamerkan lesung pipitnya.

  Tanpa menghiraukan jawaban Pak Romi, bocah tersebut mengangkat kedua tangannya yang mungil ke depan. Mata bocah tersebut berubah dari cokelat tua menjadi kuning emas. Jantung Pak Romi berdetak luar biasa sangat cepat bak melakukan sprint hingga dadanya bergetar hebat.

     Pak Romi ternganga. Dadanya terkuak begitu saja. Ia ngeri melihat jantungnya yang berdetak-detak seperti bom waktu.

    "Tak terasa sakit kan, Ayah? Aku akan melakukannya secepat mungkin hingga kau tak akan menderita," kata bocah iblis tersebut. Senyumnya begitu manis hingga orang akan menyangka ia sedang membujuk ayahnya untuk memberinya permen susu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline