Lihat ke Halaman Asli

sisca wiryawan

A freelancer

Rahasia Sarang Lalat Buah

Diperbarui: 26 Mei 2024   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com.

Siapakah yang belum pernah bersua dengan lalat buah, si makhluk kecil dengan panjang 3 mm, yang mengepak-ngepakkan sayap dan berkeliaran, terutama saat malam hari? Ia terbang melompat-lompat penuh semangat di dinding, dari kiri ke kanan, atau pun sebaliknya. Makhluk mungil biasanya imut, tapi lalat buah merupakan hama yang sangat menjengkelkan. Sejak minggu lalu, ketenteraman hidup Vina sangat terganggu dengan kedatangan serangga bernama Latin Drosophila species  ini. Awalnya, hanya beberapa lalat buah yang berkeliaran,tapi akhirnya, mereka membentuk koloni dengan suka cita di kamar mandi dan bermigrasi ke kamar tidur. Induk lalat buah yang super gemuk melompat-lompat dengan gerakan floordance, sedangkan anaknya menari-nari di sepanjang dinding kamar. Vina benci mata-mata merah mikro yang menatapku.

Malam hari merupakan mimpi buruk bagi Vina. Lalat buah akan terbang dari arah bawah mata Vina dan memantiknya. Mereka juga berusaha memasuki lubang hidung dan lubang telinga Vina. Secepat datangnya, secepat itu pula perginya. Saat pagi sebagian besar lalat buah tersebut menghilang, dan malamnya kembali lagi dalam jumlah yang lebih banyak.

Vina sudah kehabisan akal. Larutan deterjen dan air panas, campuran cuka dan air panas, atau pun obat serangga, tidak dapat menghilangkan koloni lalat buah ini. Mati satu tumbuh seribu. Sang lalat buah datang kembali membawa pasukannya.

"Pak Dira, apakah area ini merupakan habitat lalat buah? Kamar mandiku penuh dengan lalat buah."

"Tentu saja bukan, Neng Vina. Bapak belum pernah melihat lalat buah," jawab satpam kostan tersebut sembari menyeringai. "Halaman rumah dibersihkan Udin dengan teratur. Sampah daun juga selalu dibakar setiap sore. Sedangkan sampah rumah tangga diangkut tukang sampah setiap pagi. Jadi, Bapak yakin, tidak ada sarang lalat buah. Mungkin Neng Vina menimbun sampah dapur sehingga memancing datangnya lalat buah?"

"Tidak, Pak. Aku selalu membuang semua sampah setiap pagi. Umumnya, lalat buah mengerumuni buah yang matang ataupun sampah dapur. Tapi, lalat buah yang ini berfokus mengejarku."

Vina meninggalkan Pak Dira yang termenung. Ia ingin pindah kost saja, tapi barangnya cukup banyak dan tidak mudah menemukan kostan dengan letak yang strategis seperti kostan Vimalaya ini. Mungkin jika musim berganti, koloni lalat buah ini akan menghilang dengan sendirinya. Sayangnya, harapan Vina tidak terkabul.

Bagaikan Sherlock Holmes, Vina menjelajah area halaman belakang di sekitar kamar kostannya. Hanya beberapa lalat buah yang terbang. Sayapnya berwarna keemasan ditimpa cahaya matahari.

"Hai, namaku Tama. Kita bertetangga. Salam kenal," kata Tama sembari mengulurkan tangan yang langsung kusambut. Senyum Tama sangat manis. Deretan giginya begitu rapi seperti permen Chicklet. "Mengapa kau termenung di sini?"

Vina terkikik. Namanya seperti kucing Vina di rumah. Penampilan Tama dan kucing Vina pun agak mirip. Bentuk wajah mereka tirus dengan mata sipit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline