Lihat ke Halaman Asli

sisca wiryawan

A freelancer

Hantu Popo

Diperbarui: 25 Mei 2024   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com.

"Cantiknya! Tidak hanya jelita. Sakti benar gadis itu. Aku harus memperistrinya," kata Danar yang kagum dengan kemampuan seorang gadis rupawan yang dapat terbang dengan lincah di antara pohon kelapa. Bahkan, gadis itu bisa berdiri dengan santai di ujung daun kelapa. Tak sekali pun ia kehilangan keseimbangan. Ia pun mengejar sosok gadis itu hingga gadis itu menapak di tanah.

"Mengapa kau mengejarku? Apakah kita saling mengenal?" Tanya Mala. Ia mengkerutkan alisnya yang indah dengan mimik bertanya.

"Maafkan aku jika tingkah lakuku kurang sopan. Aku ingin berkenalan denganmu. Namaku Danar. Aku baru saja pindah ke area ini. Aku membeli kayu jati dari perkebunan rakyat dan menjualnya di Singapura," kata Danar.

"Aku Kemala. Orang-orang biasa memanggilku Mala. Aku anak Pak Hanafi. Abang kenal dengan ayahku?"

"Tentu saja. Siapa yang tak kenal dengan Pak Hanafi, tetua dukuh ini yang baik hati dan terpandang? Beliau selalu membantu warga pendatang dengan tulus."

Mala tersenyum mendengar antusiasme Danar. Memang ayah Mala banyak disukai orang karena keramahannya.

    Sejak saat itu hubungan Danar dan Mala menjadi dekat. Mereka sering jalan bersama. Danar yang tampan, rajin, dan pandai bernyanyi lagu romantis sembari memetik gitar merupakan pujaan gadis-gadis di Dukuh Raya, tak terkecuali Mala. Danar simpatik. Bahkan, jika Mala merajuk pun, Danar tetap sabar menghadapinya.

"Mala, maukah kau menikah denganku?" Tanya Danar dengan tegas. Ia tidak mau jika Mala si kembang desa, kepincut dengan pria lain. Ia tahu ada beberapa pemuda desa yang menaruh harapan untuk mempersunting Mala.

"Hati Abang sudah mantap menjadikanku istri?" Tanya Mala dengan suara halus. Wajahnya tersipu karena ditatap begitu lekat oleh Danar. "Kita baru berkenalan selama sebulan. Nanti Abang menyesal ketika bertemu dengan gadis lain yang melebihi Mala."

"Mana mungkin aku menyesal. Aku merasa kau memang jodohku. Akhir minggu ini aku akan melamarmu ke orangtuamu. Apa mahar yang kau inginkan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline