Lihat ke Halaman Asli

Sis Ariyanti

guru yang pengen jadi penulis dan pengarang

Resensi "Seni Mencetak Insan Shalih"

Diperbarui: 15 Juni 2019   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul Buku          : Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita

Penulis                 : Dr. Muhammad Muhammad Badri

Penerbit              : Daun Publishing, Bekasi

Tahun terbit       : 2012

Halaman              : xxviii + 896

Karya Dr. Muhammad Muhammad Badri ini merupakan salah satu buku bergenre parenting dengan pengantar Mohamad Faudzil Adhim, yang juga seorang pakar parenting. Seni menyelami, berinteraksi, sekaligus mendampingi anak-anak sangat dibutuhkan oleh orangtua juga pendidik. Barangkali kita sudah sering membaca referensi berkaitan dengan dunia parenting yang ditulis oleh pakar pendidikan barat juga pendidikan Islam. Buku ini bisa dijadikan pembanding, pelengkap sebagai bentuk ikhtiar kita mengemban amanah selaku orangtua dan pendidik.

Tak jarang teori pendampingan ataupun parenting yang dikemukakan oleh pakar pendidikan barat kurang sesuai dengan apa yang kita kehendaki lantaran pijakan yang mereka gunakan tidak bersumber pada Alquran ataupun hadist. Akibatnya ada rasa kurang puas. Dr. Muhammad Muhammad Badri ini mengombinasikan antara pengalaman nyata peristiwa-peristiwa yang sering dialami oleh para orangtua dan pendidik, kemudian diperkuat dengan nash shalih sebagai acuan.

Tukilan kisah Rosulullah dan para sahabat semakin memantapkan kita. Sesuai dengan judulnya "Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita" buku ini membahas seputar Human Touch (Sentuhan Jiwa) yang terhimpun dalam 10 bab. Bagian-bagiannya meliputi; H: Hear him, U: Understand his desire, M: Motivate his desire, A: Appreciate his effort, N: News him. T: Train Him, O: Open his eyes, U: Understand his uniqueness, C: Contact him, H: Honour him.

Ketika kita membangun interaksi dengan anak-anak bekal di atas sangat diperlukan. Anak-anak membutuhkan kita untuk mau mendengarkan cerita-ceritanya. Sekadar mendengar, tanpa memberikan komentar juga solusi. Nikmatilah curhatan anak, tataplah matanya dengan menunjukkan antusiasme kita, dan menahan untuk memotong cerita. Membiarkannya bercerita. Sulit memang menjadi pendengar yang baik, moyoritas setiap manusia cenderung ingin selalu didengar. Mendengarkan kisah-kisah anak dengan setulus hati secara tidak langsung membuat mereka meneladani kita melalui interaksi, karena kita menghargai perasaan mereka. Mereka akan mencintai kita jika kita pun demikian. Akal tidak bisa mendengar sebelum hati mendengar.

Dikisahkan rosulullah selalu memberikan julukan baik sehingga membuat orang yang menerimanya merasa bangga. Itulah salah satu cara untuk memotivasi anak-anak. Namun, pemberian motivasi ini harus disesuaikan dengan kondisi anak, pasalnya tiap anak memiliki karakter yang berbeda. Ada anak yang langsung bangkit ketika disuntik dengan motivasi positif. Akan tetapi, ada yang sebaliknya, anak-anak akan bangkit jikalau ditakut-takuti. Oleh karena itu, kita harus mengenali karakter masing-masing anak sehingga hasilnya maksimal. Apresiasi atau penghargaan atas capaian anak seyogyanya kita berikan walaupun sekecil apapun tingkat keberhasilan anak kita.

Semuanya dalam kata Human Touch, upaya mencetak Insan Sholih. Mendengarkan anak, mengerti perasaan anak, memberinya motivasi, mengapresiasi, memberinya informasi (pengalaman), melatihnya, membuka 'matanya', memahami keunikannya, menjalin hubungan dengannya, dan menghargainya, semuanya melibatkan kata cinta. Kita akan mampu merealisasikan apa yang dikonsepkan oleh penulis dengan dasar cinta. Cinta yang tulus dari hati niscaya akan mengubah dan memperbaiki hubungan anak dengan orangtua dan pendidik. Insan shalih yang kita cita-citakan akan lahir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline