Sungguh,
aku bukan Gibran yang kian mabuk dalam secawan anggur yang bernama cinta, hingga di setiap desah nafasnya adalah syair kerinduan untuk sang punjaan hati..
sungguh,
aku bukan Qais/Majnun yang dari lisannya selalu mengalis puisi tuk memuja Laila..
aku juga bukan Romeo yang punya sejuta kidung tuk menghibur lara sang Juliet..
tapi..
sebagaimana Kahlil Gibran, aku telah larut dalam kerinduan yang engkau titip pada rinai hujan kemarin malam..
sebagaimana Majnun, ayumu, teduhmu, dan sekilas senyum yang kau titip dalam benakku telah memicu imajiku, hingga lisan dan jemariku tak layak bersyair tuk memujimu..
dan sebagaimana Romeo, tajam retinamu adalah bahasa kalbu, hingga bersua denganmu dalam bunga tidur adalah doa yang mengalun dalam batinku, dan namamu adalah kata terindah yang aku tahu dalam hidupku..
:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H