Tersebutlah Joni, pemuda asal Cikundil berpenampilan slengean dan dekil, pekerjaan nihil alias pengangguran berat.
Suatu malam ia bersama teman-temannya terlihat asyik nongkrong di sudut gang kampung yang memang sudah tersedia untuk tempat nongkrong.
Awalnya tampak hepi bermain gitar dan bernyanyi-nyanyi. Di sampingnya terlihat botol minuman tergeletak miring, menjadi pertanda sudah tidak ada isinya, habis ditenggak bareng-bareng.
"Wah, minuman habis! beli lagi nih, nanggung!" Joni meneriaki teman-temannya.
"Jiah! mau beli pakai apa? udah kagak ada yang megang duit!" temannya menyahuti.
"duh! bahaya nih kalau begini terus, minum doyan duit pada kagak gablek! susah memang jadi orang miskin, punya temen miskin juga, udah dah gaswat!" Joni kesal dengan keadaan dirinya dan teman-temannya.
Waktu bergulir, terlihat Joni tengah berpikir, seperti punya rencana.
"Gengs, ayo merapat sini, gua punya rencana bagus nih" serentak teman-teman-temannya mendekat.
"rencana apa Jon?" salah satu temannya bertanya.
"udah lu ikut aja, daripada bengong di sini nemenin nyamuk, kenyang kagak yang ada mulut bau busuk!"
Joni penuh tenaga menyemangati teman-temannya.
Rupanya Joni punya rencana mengubah keadaan hidupnya dan teman-temannya dengan cara merampok!
saat itu juga Joni dan ketiga temannya beranjak dari tempat tongkrongannya dengan meninggalkan botol minuman dan kulit kacang yang berserakan.
Malam itu Joni dan teman-temannya rupanya berhasil merampok sebuah rumah Pak Lurah kampung sebelah (memang begitu prinsip Joni, tidak menjadi maling di kampungnya sendiri).
Dari semenjak malam itu, Joni dan teman-temannya sering melakukan aksi, terutama pada waktu malam hari.
Dari seringnya melancarkan aksi, mereka tergolong sukses, tak ada kendala berarti, mulus seperti paha Surti gadis centil dari Desa Cikundil.
Akan tetapi semulus-mulusnya paha Surti, pasti ada juga sedikit cacatnya, pun semulus-mulusnya aksi pasti ada juga titik nahasnya.
Malam itu tepatnya malam Jumat, seperti biasa mereka berempat hendak melakukan aksi jahat.
Kali ini rumah yang akan disatroni adalah rumah Bu Pat, janda kaya raya beranak empat.
Benar saja malam itu sepertinya adalah malam nahas buat mereka, belum sempat mencongkel jendela rumah Bu Pat, salah satu anaknya ada yang memergoki aksi mereka dan lalu teriak sekencang-kencangnya "Maliiiiiinggggggg!!!"
sontak seisi rumah terkaget semua, dan saling bersahutan berteriak"Maling! Maling! Maliiinnngg!!"
Joni dan kawan-kawan lari tunggang langgang saling memencar. Ada yang lari masuk kandang ayam, ada yang lari nyebur ke kali, ada juga yang tanpa sadar naik ke pohon jati.
Dan Joni sepertinya memilih lari masuk ke perkampungan sepi.
Malang! ketika ia tengah berlari kencang lehernya nyangkut di tali jemuran, ia jatuh dengan memegangi lehernya yang kesakitan dan yang membuat kaget lagi adalah ketika Joni hendak berdiri untuk kembali berlari ternyata ada seseorang paruh baya berdiri tepat di depannya.
"Hei, anak muda sedang apa malam-malam begini di sini?"
"ampun pak, saya jangan digebukin!" Joni meringis kesakitan.
"siapa yang mau gebukin? saya justru mau nolongin" bapak itu menimpali.
Ah, beruntung sekali Joni, rupanya bapak itu sangat baik hati dan lalu memapah tubuh Joni masuk ke dalam rumahnya.
Setelah masuk Joni dipersilakan duduk dan bapak itu bergegas ke dapur mengambil segelas air putih untuk Joni.
Sepertinya bapak ini adalah seorang Kyai, itu terlihat ketika Joni melihat banyak santri yang sedang belajar mengaji di dalam rumahnya.
"Silakan ini diminum dulu, cuma air putih" bapak itu menyodorkan segelas air putih.
"Terima kasih Pak" Joni menimpali dengan tangan masih memegangi lehernya yang masih terasa perih.
Lalu keduanya terlibat obrolan yang lumayan panjang dan Joni menceritakan juga tentang jalan hidupnya.
Malam semakin sepi, suara anak-anak yang mengaji tak terdengar lagi dan obrolan Joni dengan bapak empunya rumah terus berlanjut.
Sampai saatnya Joni pun mengungkapkan perasaannya bahwasanya ia sebenarnya ingin bertaubat namun belum bisa meninggalkan profesinya.
Si bapak pun tersenyum mendengar pengakuan Joni.
"Jadi begini Nak Jon, sebenarnya tak apa-apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat" bapak itu menasihati.
Joni setengah berpikir mendengar perkataan bapak itu "kalau memang harus begitu sih saya mampu Pak".
"Ya sudah jalani saja profesimu itu, tapi ingat jangan sampai ada yang melihat!".bapak itu menegaskan sekali lagi pada Joni.