Lihat ke Halaman Asli

Menyoal Keberpihakan Media

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jika dulu kita terbiasa membaca koran dan majalah di atas kertas, maka akhir-akhir ini rasa-rasanya media tersebut dapat digantikan dengan mudah kita akses melalui perangkat elektronik dengan beragam fiturnya yang memanjakan. Kita sendiri yang menentukan bagaimana berita akan kita dapatkan, kita sendiri pula yang mengelola itu semua sesuai kebutuhan tentunya. Celakanya, tidak semua pengguna media elektronik mampu mengolah itu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai pengguna, banyak orang kebingungan bagaimana mengelola gadget agar tidak mengganggu produktivitas dirinya. Terlebih lagi, beberapa orang kurang dapat cover both side dalam membandingkan satu media dengan media lainnya dikarenakan sudah mendikotomikan kelompok media, menjadi pro ini atau pro itu. Sebenarnya hal ini “wajar” dan alamiah, karena watak media yang hidup berdasarkan rating iklan dan jumlah readership akan dengan sendirinya beradaptasi dengan itu semua. Jika ada banyak berita yang diakses oleh banyak pula pembaca maka hitung-hitungan bisnis media tersebut bisalah kita sebut bagus dan kredibel (menurut ukuran bisnis media).  Jadi, mau tidak mau mengukur besar tidaknya media sekarang bukan hanya pada kebenaran dari isi berita yang dikabarkan, tetapi seberapa banyak pula media tersebut diakses oleh publik.

Ukuran semakin banyak orang yang percaya maka sebanyak itulah satu berita dianggap benar, nampaknya menjadi satu kenyataan dalam negara demokrasi seperti Indonesia. Siapa yang berbeda dan genuine dengan gayanya akan menjadi “santapan” pemberitaan, betapa pun tidak pentingnya atau tidak mendidiknya sosok tersebut. Siapapun atau apapun yang tampak kontroversial, berbeda dari kebanyakan orang, akan menjadi kata kunci dari mesin pencari. Menjadi berbeda adalah satu tuntutan di kala ratusan juta mata membutuhkan informasi yang berbeda di tengah kejenuhan informasi yang sama atau serupa. Kreatifitas pelaku berita dan berita itu sendiri menjadi tuntutan masyarakat. Etno-branding, sebutannya adalah sebuah pendekatan marketing yang semakin dibutuhkan.

Selanjutnya...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline