Hai Kompasianer, salah satu penghambat perkembangan dan peningkatan kemampuan anda kadang-kadang disebabkan oleh teman atau sahabat anda sendiri, anak-anak muda sekarang memiliki circle atau kelompok untuk menjalani hidup bersama-sama.
Rasa julid atau iri satu sama lain pasti terjadi ketika salah satu dari kelompok menginginkan untuk maju selangkah. Ketika ia meraih pencapaian dan keberhasilan, circle anda sukar mengapresiasi, malahan memberikan stigma tidak solid dan berprasangka buruk.
Kerap merasakan iri dan tidak senang pada seorang yang lebih berhasil menjadikan anda bermental kepiting (crab mentality), mental kepiting adalah perilaku yang menghalangi dan menghambat pertumbuhan keberhasilan orang lain.
Pola pikir ini bukanlah memperkuat solidaritas, tetapi egois pada diri sendiri enggan melihat orang lain sukses melebihi dirinya.
Fenomena ini adalah analogi dari kehidupan kepiting dalam ember pemancing, dalam satu ember kepiting yang mencoba keluar dari ember, akan ditarik oleh kepiting lainnya untuk kembali. Kepiting yang menarik tidak mau temannya dimakan oleh pemangsa atau pemancing.
Lebih baik mati atau hidup bersama, bisa dibilang mental dengan ekstrem sosialis dengan keberhasilan bersama-sama dan tidak boleh ada yang lebih berhasil satu sama lain.
Demikian, perilaku crab mentality faktor manusia saling menjatuhkan satu sama lain. Seperti ketika anda giat belajar dan sekolah, teman sebaya melemahkan mental anda dengan memberikan kritik dan meremehkan pembelajaran anda. "untuk apa sekolah tinggi-tinggi, kalau ujung-ujungnya pengangguran dan tidak sukses."
Akhirnya, anda terbujuk oleh tipu muslihat mereka dengan mengajak bolos dan bermain-main.
Mereka dengan mental kepiting menginginkan berada di tingkat yang sama ketika ada seseorang yang beranjak lebih maju dan Progress. Budaya seperti ini bukan hanya terjadi pada personal manusia, bahkan kelompok manusia. Jika melihat lingkungan yang kompetitif, pasti saja ada beberapa yang cemburu melihat orang lain berada satu tingkat lebih atas. Rasa cemburu itulah yang sebenarnya mereka merasa terancam karena sukar untuk kompetitif.
Otak manusia ketika memiliki kontrol dan kuasa akan menghasilkan hormon serotonin (perasaan nyaman) dan sebaliknya, jika berada dalam keadaan tidak berdaya akan memproduksi hormon kortisol (perasaan terancam). Siapa yang tidak ingin mempertahankan perasaan nyaman tersebut?