Ketika ingin memulai sebuah kisah, semua selalu berasal dari hati. Hati yang menjadi motor untuk menggerakan kita mengungkapkan cinta kepada dia yang kita suka. Walaupun suaranya tidak begitu keras, akan tatapi ia mempunyai peran yang sangat penting bagi kita untuk bertindak. Lantas apa yang terjadi bila hati tak bisa bersuara? Kita seringkali menjadi manusia yang egois. Egois dengan kehebatan, kepintaran, ketampanan dan kemewahan yang kita dapat tanpa lagi mendengarkan suara hati yang berbisik halus di dalam sanubari. Suaranya kita redamkan dengan kegoisan kita sehingga ia tak mampu berkata-kata. Akan tetapi dia tidak pernah berhenti untuk bersuara. Suara yang kita keluarkan tidak lagi didengarkan oleh kita, karena kita telah menjadi manusia yang egois, yang telah dirasuki oleh dunia. Kita sering kali menekan keinginannya sehingga suarannya berlalu begitu saja dan menimbulkan duka serta berujung pada penyesalan bagi diri kita sendiri. Dalam diam dia mampu mengatakan semua yang tidak bisa kita katakan. Oleh karena itu, jangan pernah menghentikan hati untuk bersuara karena itu adalah sebagai suatu kewajibannya. Ikutilah apa yang dia katakan sehingga tidak menimbulkan penyesalan dan derita bagi diri kita. Penyesalan bisa datang dan pergi tetapi suara hati tidak pernah beralih. Karena dalam keheningan ada kemanisan. Kemanisan yang tidak pernah keluar dari percakapan atau kontak milik kita. Dan dalam diam kita bisa menunjukan sebuah ikatan yang lebih dari sebuah ketertarikan.
Dalam keseharian kita ada begitu banyak orang yang jarang sekali mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada salah seorang yang kita cintai. Di dalam hati kita selalu mempunyai rasa cinta yang seharusnya kita bagikan kepada dia yang kita cinta. Akan tetapi untuk menjaga harga diri, kita seringkali membohongi p mengatakan yang sebenarnya sehingga kita tidak memberi kesempatan kepada hati untuk bersuara dan mengatakan yang sebenarnya.
Di bulan yang penuh cinta ini hendaklah kita melepaskan semua keegoisan yang ada dalam diri kita dan besarlah cinta yang memenuhi diri kita. Berilah kepada hati untuk mengungkapkan yang sebenarnya karena bulan ini merupakan bulan khusus bagi kita untuk membagi cinta kepada sesama dan kepada dia yang kita cintai. Biarlah hati bersuara karena sudah terlalu lama dia berdiam menunggu kesempatan yang akan kita berikan kepadanya untuk bersuara, dan jangan sampai ia tidak bersuara, karena sudah terlalu lama kita mengekang dan memenjarakan dia dalam diri kita dan merebut hak dan kewajibannya.
Hati selalu menjadi landasan utama bagi kita dalam memilih. Entah itu memilih sesuatu yang berguna atau tidak. Kita manusia selalu tergantung pada hati apabila hendak melakukan suatu tindakan yang memerlukan banyak tindakan. Apalagi kita sebagai seorang calon imam, kita pasti memilih jalan panggilan ini berasal dari suara hati, hati yang menggerakan kita sehingga kita memilih jalan hidup selibat ini. Bukan berarti kita menjadi manusia yang egois karena hanya mencintai jalan panggilan kita akan tetapi melalui jalan panggilan yang sedang kita jalani ini, kita memilih untuk mencintai banyak orang. Sehingga perasaan cinta yang sudah kita miliki tercurah untuk semua orang dan bukan hanya seorang saja. Karena kita diciptakan bukan untuk satu orang melainkan untuk banyak orang meskipun kita harus mengorbankan dia untuk terluka. Karena kita memilih untuk mencintai dan cinta yang bergetar dihati kita hanyalah biasan dari cinta yang sesungguhnya. Karena cinta Tuhan itu bagaikan pohon yang tumbuh dalam kecemerlangan cinta, bertunas dalam cahaya keindahan, berbunga dalam kemilaun kasih dan berbuah dalam nyanyian nurani murni oleh karena itu jangan pernah kita menyesal dengan pilihan yang telah kita pilih ini karena kita adalah pewaris-pewaris cinta yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H