Lihat ke Halaman Asli

Dilarang Mengkultuskan Nalar

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penemuan hebat bernobel ternyata berbuah karma. Atom-atom bereaksi menghasilkan kehancuran dahsyat yang diakui dunia hingga sekarang. Rupa-rupanya sampai juga pada titik sesal. Dari sisi positif memang ada kontribusi bidang pengetahuan dan tehknologi tetapi giliran ilmu tsb sampai kepada para penguasa angkuh justru menimbulkan kehancuran di belahan dunia ini. Kehebatan intelgensi Einstein melanda otak para ilmuwan berikutnya, yang berakhlak mulia menghasilkan kreasi-kreasi mutakhir semacam reaktor pembangkit listrik dsb tetapi sosok-sosok yang terobsesi kekuasaan menghasilkan hulu ledak, mortir, misiu, bio-weapon dan semacamnya. Semua itu tidak lain adalah kerja otak.

Sesungguhnya otak jika dimanfaatkan secara bijak, ibarat prosesor pada sebuah komputer yang seharusnya bekerja sebagai filter segala apa yang dientry karena obsesi, cita-cita dan mimpi-mimpi duniawi. Apabila filter ini bekerja secara universal nuraniah maka akan menjadi perangkat lunak yang melebihi kehebatan hanya sekedar atom-atom dan buntutnya.

Einstein dan para einstenisme berikutnya barangkali selamat secara ekonomi dan status sosial pribadinya tetapi tidak harmonis menyelamatkan Hiroshima, Nagasaki,Timur Tengah, Korea Utara, Vietnam dan tidak menyelamatkan Amerika dari teror bom, justru sebaliknya. Obsesi minyak dunia, Super Powerisme, Pengetahuan Zablenk memupuk otak para penguasa bejat dunia menjadi subur  dan ditakuti di muka bumi. Kehebatan nalar diidolakan, diyakini, diamalkan turun-temurun  hingga generasi kini di segala sudut bumi. Seolah bumi ini ini dicetak untuk dihancur luluhkan menurut nalar mereka.

Oleh karena itu agar sesal tak berkepanjangan, agar energi nalar bermanfaat sebagai filter penyelamat bumi, maka jalan harmoni yang bisa kita tempuh adalah "melarang mengkultuskan nalar". Tanamkan faham ini pada generasi berikut sehingga kehebatan intelgensi tersalur proaltif menjadi penyelamat bumi beserta isinya. Saudaraku yang budiman, selamat merenung demi pewaris bumi beserta isinya, alam semesta beserta kandungannya. Dengarkanlah ledakan nurani beserta pesan-pesan yang terkirim melaluinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline