Tuntutan zaman menghendaki generasi innovative yang serba cemerlang. Sebuah teori mimicri memorization menjabarkan bahwa anak cenderung parroting terhadap apa yang dilihat, didengar, dialami (modus pengalaman belajar) dimanapun, kapanpun. Coba kita tilik media-media informasi di negeri ini i.e sidik, invertigasi, selidik, dllsejenis itu, sinetron forum-forum diskusi dan sejenisnya. Tayangan ulasan debat dan sebagainya banyak mengangkat hal-hal riskan terhadap perkembangan memori parroter. Satu kali tayang saja parroter begitu cepat tanggap, sigap lalu mengkopinya. Betapa berbahayanya kenyataan ini.
Satu sisi media juga mengangkat tip-tip mendidik namun apa hendak dikata para orang tuapun sibuk dengan detil-detil penafkahan keluarga lalu lupa menyaring atau mengontrolnya. Kalaupun tip-tip tertayang sempat di simak hasilnyapu tidak ada bedanya karena menyaring dan mengontrol juga butuh perhatian dan penyediaan waktu khusus, kalau sempat. Parroter belajar-media jadi lahan pembelajaran yang tidak bisa dihindari apapun tayangannya di era kini.
Sekedar aspirasi: Bukan bermaksud mengkritisi. Alangkah indahnya media-media yang peduli dengan kualitas pembelajaran parroter, dan jeli meluncurkan tayangan-tayangan yang serba mendidik dan bukan yang kriminal-kriminalan, bulying-bulyingan, tawur-tawuran dan sejenisnya. Kreative, innovative yang paling up date menarik pun banyak pilihan. Pilihlah yang bukan anarkis dan semacamnya. Tayangkan se macam Si Unyil, Si Huma, Si Komo, Pak Tino Sidin dll.
Saudara/i ku yang budiman dimanapun berada, ini sekedar uneg-uneg bukan hal baru, mirip-mirip dengan diskusi-diskusi sebelumnya. Mohon dimaklumi. Akhirnya saya haturkan " Budayakan anti kekerdilan kepada generasi mulia". Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H