Lihat ke Halaman Asli

Berliana Siregar

Daulat Hati, tubuh dan Rasa

4 Versiku Awal Menganut Slow Living

Diperbarui: 29 Agustus 2023   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kehidupan dipenuhi dengan berbagai narasi. Setiap kelompok masyarakat membuat sendiri narasinya. Setiap masa dan setiap zona membuat narasi sesuai versi. 

Tentu dengan kebenaran yang dibangun di kelompok masyarakat. Era sosialisme, bahwa gaya hidup kolektif dengan basis kehidupan sosial kolektif adalah sentra dari semua lini kehidupan. 

Di era globalisasi yang memuncak di tahun delapanpuluhan narasi kehidupan yang liberal, kompetitif, persaingan global, ekspansi dan berbagai jargon terkait pertumbuhan ekonomi dinarasikan sebagai versi terbaik untuk hampir tiga dekade kehidupan masyarakat.

Gaya hidup ini bergaris lurus dengan perkembangan industri yang sangat pesat. Dilanjutkan dengan perdagangan , tehnologi, otomotif dan jasa yang melahirkan gaya hidup modern yang serba cepat. Era ini mendewakan kecepatan, persaingan, siapa yang kuat di yang menang. 

Kehidupan sukses dibangun dengan kerja keras, sebuah narasi yang menggambarkan bahagia, hidup nyaman, keluarga bahagia itu terkait erat dengan "kesibukan", "aktif" "produktif" berkejaran dengan waktu. 

Era-era ini menjadi tanda bahwa perputaran jam waktu sehari dipenuhi berbagai aktifitas di ladang (dusun/desa), aktifitas perkantoran (kota), komunitas-komunitas yang tersebar di banyak ruang-ruang publik dan privat, bergerombol, event -event, pesta, acara tradisional yang dipenuhi warga, kegiatan sosial, budaya dan berbagai kerja-kerja aktif manusia. 

Mondar-mandir, sibuk di transportasi publik berjam-jam, atau meeting di hotel-hotel dari hotel Oyo sampai bintang lima, mengikuti berbagai acara perkawinan. Sibuk, serba cepat dan tergesa-gesa.

Dan akhir-akhir ini muncul sebuah narasi baru Slow Living. Yang jika ditelisik adalah metamorfosa dari berbagai konsep hidup yang dianut beberapa negara seperti Jepang, Eropa atau negara Afrika. 

Konsep yang lebih tradisional karena kesannya adalah lawan dari gaya hidup di abad 20 yang dipenuhi oleh rasa stress, emosi tinggi , tuntutan dan mimpi-mimpi untuk berbagai pencapaian atau goal yang sangat tinggi. 

Gaya hidup slow living bagi sebagian orang dianggap tidak produktif. Bagi beberapa orang malah heran, melihat ada orang-orang tertentu yang terlalu santai hidupnya. 

Mungkin orang-orang akan berpikiran bahwa gaya hidup ini rata-rata adalah orang yang gagal. Bagaimana mungkin penganut slow living bisa bertahan di era sekarang yang serba keras. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline