Komitmen dunia tentang perubahan iklim secara nyata dituangkan dalam berbagai kebijakan, regulasi hingga aksi di tingkat lokal. Semua komponen dalam suatu negara tidak hanya pemerintah tapi mendorong swasta, dan masyarakat sipil untuk tetap bergerak dalam membangun bangsa. Tapi tetap dengan catatan bahwa proses pembangunan tidak hanya berdasar pada pertumbuhan ekonomi semata tetapi bagaimana prosesnya tetap berbasis pada kesehatan manusia, ekologi dan kemandirian warga.
Berbagai upaya dalam mendorong investasi yang lebih adil sedang didorong saat ini. Termasuk investasi hijau yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang adil bagi manusia dan bumi. Pada September 2021 saya terlibat dalam seminar tentang sudah sejauh mana investasi publik terkait dengan pangan dan pertanian di Indonesia. Investasi berupa modal triliunan untuk pangan dan pertanian hendaknya tetap dikembangkan. Momen G20 menjadi langkah extraordinary oleh sekitar 20 utusan negara-negara yang berkomitmen untuk mendorong kemajuan bangsa termasuk Indonesia menjadi negara maju.
Jika dulu investasi lebih pada industri dengan penggunaan energi kotor, sudah waktunya pemerintah mendorong berbagai investasi hijau. Kenapa harus investasi hijau? Apa relevansinya, apa dampaknya dan bagaimana kontribusinya dalam menjaga lingkungan?
Investasi Hijau sebagai jawaban atas sumber daya alam yang sudah mulai terbatas
Jika di awal tahun 2000-an proses globalisasi, pertumbuhan ekonomi, investasi besar-besaran menjadi fokus dari pertumbuhan di Indonesia, maka setelah 2 dekade mulai disadari bahwa pembangunan dan investasi dengan mengabaikan aspek lain juga sebuah konsep yang keliru. Berbagai persoalan muncul termasuk sudah semakin tercemarnya bumi, laut, udara dan tanah dieksploitasi secara berlebihan. Dampaknya akhirnya dirasakan oleh manusia dengan berbagai bencana yang ada di dalamnya. Kini kita melihat bahwa sumber daya alam mulai terbatas. Berbagai kekayaan alam kita berupa energi tidak terbarukan sebagai sumber energi bagi industri, otomatif , rumah tangga juga sudah mulai habis. Sekarang waktunya mulai melirik berbagai sumber energi baru termasuk juga penggunaan limbah. Baik limbah rumah tangga, limbah industri dan limbah pertanian sebagai bagian dari jawaban atas sumber daya yang mulai terbatas. Dengan berbagai investasi hijau lewat penggunaan energi baik (misalnya listrik, biodiesil, atau biogas, dll) disamping bernilai secara ekonomis dengan biaya lebih rendah juga sekaligus membantu mengatasi berbagai problemanya. Bayangkan jika berbagai pupuk kimia sintetis yang diproduksi oleh pabrik digantikan dengan pupuk organik. Bukankah bahan pupuk organik lebih murah, lebih sehat dan bernilai tinggi.
Intinya pemerintah sudah waktunya membuka kran bagi investasi hijau bidang pangan dan pertanian yang lebih ramah iklim. Disamping mendapatkan untung , perusahaan juga bekerja untuk memanfaatkan limbah yang ada.
Mendorong kemitraan dengan produsen, petani, warga
Produk pangan dan pertanian yang sehat pasti dihasilkan oleh tenaga kerja manusia sebagai modal utamanya. Kerja-kerja investasi hijau bidang pangan dan pertanian akan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan adanya kemitraan dengan petani. Berbagai model kemitraan dengan produsen, petani dan UMKM bidang pangan dan pertanian saat ini banyak berkembang dengan berbagai variasinya. Investasi hijau di bidang pertanian dan pangan dengan kebutuhan utama warga soal pangan di tengah pembangunan yang berlangsung saat ini, maka bentuk-bentuk kolaborasi menjadi sangat terbuka. Investasi hijau berbasis pada keberlanjutan, jika mitra/kelompok masyarakat sejahtera, maka berbagai perusahaan yang bekerja di industri hijau punya peran dalam membangun keutuhan bangsa dan negara ini.
Ikut Berkontribusi dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Upaya mendorong pengurangan gas emisi rumah kaca menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Target zero emisi pada tahun 2050 adalah sebuah ambisi yang sangat extra ordinary. Tapi namanya komitmen, maka mau tak mau semua harus terlibat di dalamnya. Membuka peluang investasi hijau untuk pangan dan pertanian sangat berkontribusi bagi pengurangan Emisi GRK. Bayangkan saja jika jutaan petani di Indonesia beralih pada penggunaan pupuk alami lewat kotoran ternak. Siklusnya adalah pemerintah kembali memberikan bantuan ternak ke petani. Dari pengalaman pendampingan kami pada petani sudah menghasilkan produk beras organik sehat dengan penggunaan pupuk alami dari kotoran ternak. Desa-desa yang memiliki ternak adalah sumber energi dann pupuk alami untuk lahan-lahan sawah dan ladang mereka. Jika ratusan ribu desa memiliki jutaan ternak untuk limbah sebagai sumber pupuk bagi kelanjutan pangan dan pertanian di Indonesia maka akan mendongkrak pada pengurangan emisi GRK di bumi.