Minimalis Saja
Keluargaku minimalis saja. Tak muluk-muluk. Hidup di pinggiran dan membangun mimpi sederhana.
Kawan sejawat mengobral cerita tentang kompetisi internasional anaknya. Aku hanya ingin anakku menjelajah hutan kecil.
Berburu kupu-kupu. Menjerat burung dan kadal. Untuk hal menjerat aku selalu bilang.
"Hewan tersebut harus dilepaskan bebas".
Anak tetangga masuk olimpiade IPA tentang Iklim dan Pemanasan Global. Pidato ciamik di depan sekolah bergengsi dengan juri dari akademisi tinggi.
Aku melepas anakku berlumpur ria di tengah hutan kecil yang sebentar lagi akan habis.
Menghitung pohon besar yang tumbang satu persatu. Mencermati suara deru mesin gergaji dan robohnya pohon durian berbatang besar. Kehijauan yang dulu menggelombang kini kerontang dengan pohon sawit meninggi.
Momen kasih sayang dalam sebentuk coklat hanya milik mereka.
Momen kasih sayang kutepikan dengan cerita kritis tentang hilangnya cerita kancil dan harimau.
"Kenapa nggak ada lagi cerita Kancil dan Harimau, omak?" Anakku bertubuh coklat protes.