"Inang....boasa ma tangishon onmu sude sidangolonki!"
Boleh dikata, nyanyian pop berbahasa Batak sarat dengan pesan. Terutama tentang kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya lagu-lagu populer berbahasa Indonesia mayoritas temanya tentang "percintaan".
Syukur, banyak lagu berbahasa Batak bercerita tentang percintaan, keluarga, kesuksesan, kegagalan, atau bahkan hubungan mertua-menantu.
Hubungan Anak-Ibu.
Dalam beberapa lagu Batak misalnya Berjudul: Inong, Uju Di Ngolungkon, Anakhon hi do Hamoraan Di Au, Tangiang Ni Dainang, Anak Na Burju digambarkan bagaimana peran dan perjuangan ibu dalam membesarkan anaknya. Juga tentang bagaimana seorang anak seharusnya memperlakukan ibu di hari tuanya.
" Tingki di ngolungkon ma............"
Meminta agar di kehidupan ini anak memperhatikan ibunya. Jangan ketika di kematian, ditangisi, menari-nari. Nyanyian ini sarat makna. Perlahan-lahan namun dengan tegas meminta anak untuk tidak menyia-nyiakan ibunya di hari tua.
Beberapa nyanyian Batak bercerita tentang adanya anak yang tidak sukses (gagal) dalam kehidupannya. Jelas digambarkan bahwa tidak semua anak sukses menjadi Gabe, Mamora dan Sangap. Secara mendayu, lagu ini bercerita tentang anak di Perantauan yang tidak bisa bahkan hanya untuk mengirim "Parsidemban Ibunya." Mengirimkan sedikit uang untuk membeli sirih ibunya.
Kebanyakan syair Lagu Batak yang bercerita tentang Kehidupan Keluarga sangat dalam makna dan filosofinya. Bahkan ketika akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, akan kesulitan mencari padanan katanya. Coba simak lagu berikut:
"Hudai na tonggi di parngoluan on, upah ni lojami." Jika diterjemahkan secara harfiah akan kesulitan. Mencecap hidup yang lebih Nikmat. Tonggi (enak, lezat, nikmat,dll). Pengertian secara deskripsi adalah Mendapatkan kehidupan yang lebih baik secara ekonomi. Kehidupan yang lebih baik yang dialami oleh si anak adalah jerih payah si Ibu.