Lihat ke Halaman Asli

Berliana Siregar

Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Rap Mangan, Akar Budaya Membangun Kualitas Hubungan Lebih Baik

Diperbarui: 28 Juni 2016   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsur lain dari makanan sudah diadaptasi oleh Hokben dan baiknya terus dikembangkan|Sumber : http://www.hokben.co.id/menu

Indonesia memiliki ragam budaya, salah satunya tradisi makan Bersama. Dalam suku batak dan Bahasa batak adalah “Rap Mangan”. Rap Mangan berakar dari budaya lokal itu sendiri.

Di tahun 1980-an saat penulis masih kecil. Budaya Rap Mangan terutama di sore/malam hari adalah tradisi yang WAJIB hukumnya. Memiliki saudara 11 orang, maka jika 1 orangpun belum hadir maka “upacara” makan bersama ini tidak akan berlanjut.

Kami sang anak-anak yang suka bermain hingga ke lapangan terjauh, harus dijemput. Atau saat bermain di seputaran rumah maka kakak yang sudah lebih besar akan berteriak-teriak,

“Ber…………mulak. Beta M-A-N-G-A-N.’ Kode ini menjadi kode bersama. Namanya juga kampung, riuh-rendah suara anak-anak berkeliaran. Sehingga saat kode ini disampaikan, maka telinga kami khususnya anak-anak mamak kami akan langsung “cling.” Waktunya pulang dan makan bersama.

Apa makna yang bisa kutarik dari proses Rap mangan ini.

  • Berbagi bersama

Kemiskinan dan kesederhanaan berdampak pada “menu makanan” yang tersedia . Hanya ada nasi, lauk dan sayur mayur seadanya. Sayur dan lauk disebut, “Masak Tolu” Masak Tolu yang terdiri dari air, sayur dan garam. Hanya karena keterbatasan. Tapi bagi kami lauk itu kelezatannya akan terasa hingga  ke ujung sumsum.  Itu jaman dulu. Sekarang ada perubahan terkait konsep hidup, menu, jumlah anak hingga gaya hidup. HokBen sebagai salah satu “penyedia” kebutuhan makan menginisiasi sebuah layanan makan yang innovative. Bagi kami, keluarga kecil dengan konsep 2 anak akan berdampak pada model makanan yang tersaji. Sajian model dulu yang Masak Tolu mengalami perubahan radikal bahwa menu harus diubah menjadi Menu Utama, tambahan dan pelengkap. Menu utama adalah nasi, tambahan adalah termasuk sayur yang direpresentasikan pada “olahan sayur mayur, warna hijau, orange, atau salad ” , daging yang diolah lebih sehat dan menarik buat anak jaman sekarang. Kemudian “dessert” berupa es krim, ,puding dan menu tambahan yang dulu adalah makanan mewah. Tetapi saat ini sudah menjadi menu utama. Perubahan ini direspon dengan baik oleh HokbBn dengan menyediakan menu yang sesuai dengan perubahan jaman. 

Konsep berbagi adalah bagaimana ikan sekilo bisa dinikmati bersama. Setiap orang harus sabar menunggu giliran. Sekerat daging harus dibagi seadil-adilnya.  Seperti pepatah, “Banyak habis, dan sedikit cukup.” Anak-anak dilatih untuk tidak kemarut. Kondisi ini melatih kami anak-anak untuk bersikap lebih sabar. Praktek hidup antri yang bagi orang lain adalah keanehan, bagi kami adalah sesuatu yang biasa. Yang kurasakan saat ini adalah ketika ada sesuatu yang harus dibagi inilah yang terjadi. Secara pribadi saya tidak akan marah jika tidak mendapat bagian. Mungkin adalah sesuatu yang memicu kemarahan bagi orang lain.Tapi bagi saya itu adalah hal wajar. Di kantor kami, terkadang banyak “makanan””Oleh-oleh” “hadiah” berupa barang, makanan, atau bentuk lain. Bagi saya ketika saya tidak mendapat bagian, bukanlah menjadi sesuatu yang buruk. Konsep mendapat bagian syukur, tidak mendapat tidak apa-apa. Kepahitan hidup akhirnya memaksa kami anak-anak untuk berbagi bersama. Mungkin itulah manfaat saat Rap Mangan=Makan Bersama.

  • Mengobrol, Berbincang dan Saling Memotivasi

Dasar kehidupan geografis hidup kami adalah pertanian dan guru sebagai profesi ibu dan ayah kami. Sama dengan kehidupan lain, pagi hingga sore adalah saat mencari kehidupan. Ayah dan ibu mengajar pagi hingga siang. Dilanjutkan dengan bertani. Sementara anak-anak kecil bertanggungjawab untuk seluruh kebersihan rumah, perlengkapan rumah, mempersiapkan lauk  untuk seluruh keluarga. Moment sore hari atau malam dengan Rap Mangan adalah waktu yang tepat untuk mengobrol. Berbincang dan menanya kabar. Capai selama 1 hari dilepaskan dalam moment Rap Mangan ini. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah tulisan tentang jam-jam terpenting. Jam 16-20.00 wib adalah masa terpenting dimana hormon endorphin paling sedikit. Sehingga suasana rileks, nyaman ada di puncak jam ini. Sebelum mengerjakan PR, ayah dan ibu akan bertanya soal perkembangan di kelas. 

Situasi ini sangat penting juga di situasi zaman sekarang yang serba cepat, serba efektif, efisien. Suami saya sering meminta kedua anak kami untuk makan bersama di Minggu pagi. Mengajak ngobrol lebih lama. Karena Senin-Jumat selalu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sabtu sibuk dengan acara adat, pesta dan tradisi lokal lainnya. Saya menyadari bahwa anak kedua saya ternyata suka makanan olahan yang mengandung unsur terigu, daging dan banyak “sayuran” berwarna hijau.Sedangkan anak pertama saya lebih suka pada makanan segar dan warna mencolok. Yaitu unsur buah. Hal ini saya lihat dari bagaimana mereka merespon makanan yang selalu saya sediakan. Inilah fungsi makan bersama. Berbincang,mengobrol dan curhat lebih puas. Karena waktu yang cukup banyak.

 Media Menanamkan Nasehat Baik

Para ahli psikologi mengatakan bahwa saat terbaik untuk menasehati anak adalah pada saat suasana hatinya nyaman, waktunya yang tepat. Bukan saat kondisi lagi sedang marah, emosi dan sehabis dimarahi. Hal ini selalu saya lihat dilakukan oleh ibu saya dulu. Sambil makan, ibu berusaha menanamkan nasehat-nasehat secara tidak langsung. Memberi contoh prilaku buruk yang tidak usah ditiru. Memberitahu tokoh-tokoh yang bermanfaat bagi dunia.  Menasehati agar rajin belajar.”Kami tak punya ladang atau sawah luas yang bisa kami wariskan. Belajarlah baik-baik sesuai minat dan kemampuan. Hanya itu warisan yang hendak kami turunkan.” Saat makan dan asyik dengan kunyahan, nasehat itu terpaku jelas di otak. Dan secara tak sadar terus terngiang di otak. Hal itu kini kuadaptasi di jaman sekarang. Saat momen makan, saya menggunakan media ini menasehati kedua anak laki-laki saya. “Bang..beruntung lho punya Ayah seperti itu. Mau menemani kalian bermain layangan, mandi di sungai. Dulu aja kakek jarang mau nemani Mamak main-main.” Berbagai nasehat baik meluncur saat suasana Rap Mangan model sekarang. Saya juga mengadaptasi model makanan suguhan Hokben. Variasi yang lebih beragam. Yang diolah serba praktis namun menarik hati anak. Sungguh pilihan bijak di situasi yang serba sibuk ini. Sebagai ibu yang juga pekerja yang memiliki banyak beban pekerjaan, menu variatif yang ringan, biaya murah dan dapat disajikan dengan cara sederhana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline