Lihat ke Halaman Asli

Berliana Siregar

Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Ibu Rumah Tangga, Memulai Prestasi Lewat UT

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

140471203621280470

Keterpurukan Perempuan Dalam Kerangkeng Domestiknya

Kandas. Cita-cita perempuan muda di banyak desa dan kota di Indonesia ini telah beku setelah menikah dan mengurus anak. Mereka para sarjana yang telah drop out. Yang mendapat MBA (married by accident). Jumlahnya mungkin ribuan.  Yang hanya tuntas hingga di SMU karena telah bergulat antara dapur,sumur dan kasur.

Pintu telah gelap. Rutinitas yang dianggap ringan menjadi siklus yang memerangkap para perempuan tiang keluarga ini dalam penjara yang disebut sumur, kasur dan dapur. Mereka tak tersentuh program pemerintah yang puluhan triliun. Mereka hanya mengharapkan remah-remah dan siklus hidup kota. Awal bulan yang kadang mendung dan sedikit beriak awan menerima lembaran gaji dari suami.

Perempuan sebagai ibu rumah tangga. Kelam hidupnya semakin tenggelam. Sedang waktu terus berputar. Anak-anak semakin cerdas. Ibu perlu sekolah. Perempuan dengan status sosial apapun punya hak meningkatkan pendidikannya. Setiap warganegara diberi hak untuk mendapat pendidikan yang layak. Bahkan ketika mereka dikatakan telah menemukan takdirnya.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencoba membuat tulisan bahwa Universitas Terbuka (UT) menjadi salah satu jalan terbaik bagi para ibu ini baik muda maupun tua untuk bisa melanjutkan sekolahnya. Sebuah Universitas yang memberi jawaban bahwa usia tua dan ibu rumah tangga status jobless,parttime, core mother menjadi mahasiswa. Untuk meningkatkan wawasan, untuk mendapatkan peluang baru bahkan untuk merubah pola pikir menjadi lebih baik. UT menjadi tawaran alternatif yang sangat tepat buat para ibu rumah tangga yang punya banyak mimpi tentang peningkatan kualitas hidupnya. Tanpa harus mengganggu aktivitas domestiknya mengurus anak, mengurus suami dan mengurus rumah hingga detailnya. Gerakan Ibu Rumah Tangga Kuliah Lagi! Menjadi mimpi penulis. Langkah kecil dengan memulai diri sendiri. Tak mudah memasuki gedung cantik UT bagi ibu rumah tangga yang ndeso. Jari kekar yang kewalahan mengisi lembar-lembar pendaftaran awal. Pandangan aneh para mahasiswa yang lebih muda. Mungkin berkata,”Cocoknya ibu ini bertani jagung di desa. Atau mengupas bawang merah di Pasar Sambu!” Tapi kutekadkan diri. Aku punya hak yang sama dengan mereka. Women right is human rights. Everyone can study.

UT  Jalan Baru yang  Mulai  Terbuka

Tertatih memang untuk maju. Tapi semua perjuangan pasti suatu saat akan menuai yang indah. Tidak untuk mendapatkan pekerjaan, UT juga memberi peluang bagi ibu untuk membuka jaringan yang lebih luas dari berbagai latarbelakang manusia.

Jika ditelusuri, ibu memiliki keahliaan yang unik. Seorang manager, chef, financial planner dan berbagai profesi lainnya untuk menunjang fungsinya dalam keluarga. Sayangnya para ibu tidak banyak memanfaatkan media yang ada untuk meningkatkan peran tersebut. Salah satunya media sosial. Media sosial seperti facebook, twitter hanya digunakan untuk bernarsis ria. Menghabiskan berjam-jam hanya untuk membaca status-status teman di dunia maya.

UT memberi banyak pilihan. Membuka pintu dan lorong yang selama ini tertutup. Longlife to study.

Seorang LANJUT USIA yang berorientasi pada KESEMPATAN adalah orang muda yang TIDAK PERNAH MENUA; tetapi PEMUDA yang berorientasi pada KENYAMANAN, telah MENUA SEJAK MUDA. (Copy paste dari status Fbnya MS)

Kata bijak tersebut mendorong dan membangun spirit baru, bahwa usia tidak menjadi penghalang untuk terus maju. Ketika usia sudah lanjut tapi selalu beorientasi untuk sekolah lebih tinggi, bahwa sesungguhnya dia tak pernah menjadi tua.

UT sesuai mottonya : Making Higher Education Open To All telah menawarkansemangat akan pentingnya belajar. Penulis sendiri sudah merasakan awal manis menjadi mahasiswa UT. Menjadi mahasiswa UT memberi banyak hal positip.

Peluang-Peluang Baru

1.Saat ada peluang untuk bekerja kembali dengan syarat minimal S1. Pintu benar-benar terbuka. Syarat dasaryang selama ini tidak bisa diterobos karena penulis hanya tamatan Diploma. Begitu menyandang status sebagai mahasiswa Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan,   penulis mengikuti beberapa seleksi dan akhirnya diterima bekerja.

2.Menghabiskan waktu berinternet ria lebih bermanfaat dibandingkan sebelum menjadi mahasiswa UT. Waktu dihabiskan dengan membaca materi terkait dengan mata kuliah, pengumuman, perkembangan yang ada.

3.Mendapatkan peluang-peluang baru. Saat ada lomba pembuatan karya tulis. Penulis yang memang suka menulis akhirnya dapat mengikuti berbagai lomba yang diselenggarakan khusus untuk mahasiswa. Sebagaimana diketahui lomba menulis banyak ditujukan untuk kategori mahasiswa. Salah satu adalah lomba yang diselenggarakan oleh  Fak. FISIP UT. Yang menjadi kebanggaan tersendiri akhirnya berhasil menyelesaikan satu karya ilmiah sesuai bidang studi yang dipilih. Menyandang status sebagai mahasiswa memberi syarat dasar untuk ikut lomba karya tulis tersebut. Tidak masalah menang atau kalah.

4.Belajar sambil mengasuh anak...Ok. belajar sambil berfacebook ria ok. Kemandirian dalam belajar dan juga fleksibilitas waktu kuliah di UT benar-benar sangat memberi ruang bagi ibu untuk tetap memberi waktu bagi keluarganya. Tak ada yang berubah terkait dengan pembagian waktu. Bahkan untuk UAS saja, UT memilih hari libur/hari Minggu. Tak ada waktu yang terbuang

Decak kagum penulis akan banyak sosok atau tokoh semakin lengkap. Ketika membaca setiap informasi di website UT dan menemukan bahwa orang nomor satu di UT adalah seorang perempuan. Bernama Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D. Betapa hebatnya. Sungguh semakin memicu semangat untuk terus maju bahwa perempuan juga memiliki peluang yang sama. Adalah hal yang sangat musykil membandingkan penulis dengan Rektor UT. Tapi setidaknya keberadaan beliau untuk  menempati posisi sangat strategis di UT telah memberi pencerahan bagi penulis bahwa UT sungguh sangat menerapkan keadilan gender. Kualitas dan kapasitas menjadi nomor satu, tidak memandang jenis kelamin lagi. Bahwa perempuan juga memiliki akses yang sama bahkan untuk menempati posisi nomor satu di Universitas milik pemerintah ini. Bahkan mungkin satu-satunya di Universitas Negeri.

Menorehkan Prestasi Kecil Menuju Prestasi  Besar

UT juga menjadi katalisator dengan perannya mendorong perempuan yang memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga untuk mengukir prestasi. Walau prestasi sekecil apapun juga. Salah satu yang dirasakan penulis adalah dengan menulis di KOMPAS dengan kepercayaan diri. Kepercayaan diri lebih meningkat ketika sudah mulai terbiasa dengan bahasa-bahasa ilmiah. Mahasiswa gitu lho! Prestasi kecil itu sangat dinikmati.

Ketika tulisan sederhana seorang ibu rumah tangga, mahasiswa UT nampang di salah satu kolom Harian Kompas. Hidup perlahan mulai merangkak. Setelah hampir 7 tahun terpuruk  sebagai IRT  tanpa kegiatan berarti. UT telah menguak misteri hidup yang tersimpan. Peluang-peluang baru bermunculan, walau sifatnya kecil-kecil.

Salah satu tulisan dimuat di Koran Kompas

Prestasi lain. Sebuah prestasi kecil yang tertoreh. Mencoba menulis di majalah lokal. Dengan berani menyatakan status penulis (Mother, Observer dan Student). Tentu Student dalam hal ini adalah mahasiswa UT. Prestasi kecil yang mungkin tidak akan ditoreh oleh tinta lain. Tapi telah memberi kemajuan diri bagi pribadi penulis. Meningkatkan kepercayaan diri. Rasa pesimistis akan hidup useless kini hilang terbawa angin. Tantangan yang cukup berat dengan materi kuliah yang juga memusingkan tentu memacu adrenalin untuk lebih semangat. Ketika yang lain bisa. Bahkan untuk banyak gelar yang tertinggi. Kenapa saya tidak. Kami sama-sama perempuan. Mungkin juga anggota keluarga yang punya tugas domestik sama. UT telah memberi jalan itu.

Innovasi yang diberikan UT untuk  memberi layanan Pendidikan Jarak Jauh telah mendorong para ibu untuk menoreh prestasi bagi Indonesia walau sekecil apapun.

Pada akhirnya Penulis mengucapkan selamat atas Dies Natalis UT yang ke 30. Semoga sumbangsih dalam memajukan pendidikan Indonesia lewat cara yang innovatif  semakin berkembang dan diminati masyarakat Indonesia. Jayalah UT, Jayalah Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline