Lihat ke Halaman Asli

Sirajul Huda

Guru les rumahan

Ibu dan Kebaikan-kebaikannya

Diperbarui: 20 Februari 2024   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ibu senang melakukan hal-hal yang remeh temeh. Saat menjerang air misalnya, Ibu selalu melebihkan jumlahnya.

Jika sudah mendidih, sebagian ia gunakan untuk memecah teh, sisanya yang lain dimasukkan ke dalam termos. Alasan Ibu: pernah tetangga sebelah tergopoh-gopoh ke rumah lantaran takpunya air panas, sedang bayinya mengelinjang-gelinjang, kehausan minta susu.

Ibu suka melakukan hal yang seolah mubazir. Terlihat dari caranya memasak nasi. Walaupun tiga tekong beras telah mencukupi untuk makan sehari, tapi Ibu selalu menambahkan setengah tekongnya lagi. Kata Ibu, "Aku ingin, jika tiba-tiba ada saudara kita yang datang, mereka harus pulang dengan perut kenyang."

Ibu doyan membeli ikan yang dijajakan oleh anak-anak yang lewat depan rumah. Kukira itu hasil tangkapan ayahnya pulang melaut, sebagian mereka masak, sebagian mereka uangkan dengan menjualnya.

"Ibu bangga pada anak-anak yang suka membantu orangtuanya, jauh dari kata gengsi. Ibu harus menyemangati dengan membeli," begitu kata Ibu.

Ibu takpernah mengucapkan kata "maaf dulu, Buk," pada seorang perempuan yang hampir setiap hari--setelah shalat ashar--meminta sedekah dari rumah ke rumah. Pernah adikku menutup pintu rumah pakai palang kayu saat melihat pengemis itu dari kejauhan, tiba-tiba Ibu datang dari warung. saat tahu maksudnya menutup pintu, Ibu memarahi adikku, termasuk aku yang membiarkannya. Kita takkan kelaparan jika bantu orang, kata Ibu. Mungkin dari doa-doanya juga nanti kita diberi kelapangan oleh Tuhan.

***

Tapi, jika Ibu bepergian ke tempat yang jauh karena sebuah hajatan atau keperluan, banyak orang yang kehilangan.

Tetangga sebelah taklagi bisa minta air panas. Bagi kami anak-anaknya, menyediakan air termos, bukan sebuah kewajiban, malah mengganggap kebiasaan yang tidak beradab, kecuali sekali-sekali atau yang sifatnya darurat

Anak-anak yang menjajakan ikannya bolak-balik bersuara lantang, dikiranya Ibu tidur atau sedang memasak di dapur. Ikannya tiada terjual. Sebab ikan yang dia jual (menurutku) harganya juga mahal. Ibu membelinya hanya karena kasihan.

Apalagi pengemis yang setiap hari ambil absen ke rumah, sudah pasti kami abaikan. Sebab, jangankan menolongnya, menolong diri kami sendiri saja kami tak mampu. Aku pernah melihatnya datang ke rumah, sedang di tangan kirinya lengkap kue jajanan pasar sekantong kresek: bakwan, dadar gulung, pastel, risoles, dan kue talam. Aku menduga uangnya jauh lebih banyak dari kami, hehe...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline