Di tanah rantau ini, takada makanan senikmat buatanmu, Mak.
Aku taktahu, apakah cabai yang kita tanam, berbeda dengan cabai yang mereka makan.
Di sini, temannya nasi: gulai ikan, ayam goreng balado, dan tumis kangkung, semuanya ditambahkan gula sebagai penguat rasa. Tapi saat kumakan, takada keringat yang sir mengalir dari tubuhku. Lidahku berduka sejadi-jadinya, Mak.
Di sini, di tanah rantau ini, orang-orang hanya membanggakan gedung-gedung nan tinggi, bahkan rumah-rumah yang mereka bangun, ditutup pagar yang tingginya melebihi tubuhku.
Mereka memakai sepatu bukan hanya hingga pintu, tapi terus ke ruang tamu, menuju tempat tidur. Katanya, kaki telanjang kita jauh lebih kotor dan berminyak, meninggalkan kuman pada karpet mereka yang kita injak.
Jemput aku, Mak.
Jika mungkin, kembalikan aku ke rahimmu.
Air Tawar, Padang, 2 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H