Lihat ke Halaman Asli

Sirajul Huda

Guru les rumahan

Jika Dulu Ibu Mengikuti Kata Tetangga, Aku Takkan Melangkah ke Kota

Diperbarui: 22 September 2021   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika dulu Ibu mengikuti kata-kata tetangga, mungkin aku takkan diizinkan melangkah ke kota. Mereka bilang aku nekad. Tapi, kata Ibu tidak, aku hanya punya tekad

Aku gugup melihat kota, seperti neraka. Ada yang pergi pagi, pulang entah kapan lagi, tetangga yang tiada mengenal tetangganya, anak-anak yang kesepian, pengemis yang bau amis, pencopet yang suka memepet, pengamen yang bawa kantong permen, jalan raya yang bising, riuh, takada jeda, hingga aku hampir mengalah dan balik arah. Tapi kata Ibu, jangan menyerah,  kamu harus membuat sejarah

Sementara aku belajar mengikuti irama kota, Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba tiba diperlukan nantinya.

Namun, waktu yang terus berjalan, membentukku paham, menafsirkan kota yang dulunya neraka, berharap suatu hari nanti, menjadikannya surga

Jika Ibu dulu tidak memaksaku pergi, mungkin aku memandangi diri, menjadi lelaki kampung yang hanya memunggungi matahari dari pagi, hingga kini

Air Tawar, Padang,  22 September 2021
---
*"Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba-tiba diperlukan nantinya," diambil dari penggalan puisi Ayah Tuah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline