Kadang, menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja membuat kita merasa jenuh dan keruh
Pagi-pagi kita bangun lebih dini dari matahari
Engkau menyapu rumah bagian dalam, aku yang membersihkan teras bagian luar.
Engkau yang memasak, aku yang memotong-motong bahan
Engkau yang menjemur pakaian, aku yang telah duluan memutar cucian.
Engkau yang memandikan anak yang terakhir kita lahirkan, aku yang memakaikan pakaian.
Aku tidak ingin rutinitas yang itu-itu saja
Aku mau kejutan-kejutan.
Aku menginginkan patahan- patahannya itu
Aku mau sekali-sekali kau marah padaku
Lantaran aku lupa memasukkan ke dalam kulkas sisa makanan tadi malam yang tidak sempat kita habiskan
Sementara aku adalah penghuni rumah yang terakhir merebahkan badan.
Aku ingin kau marah kepadaku hanya karena aku menumpahkan kopi dimeja makan yang alasnya baru saja kau ganti
Engkau ngotot, akupun melotot
Engkau marah, aku tidak mau kalah
Engkau terisak, aku menahan tangis
Lalu sebelum tangismu berubah menjadi kerak air mata, kamu datang menghampiriku, sambil berbisik pelan ke telingaku, "Mafkan aku yang tak pantas marah padamu. Hari ini aku besaksi, tiada yang pantas untuk ku sayangi selain dirimu, duhai lelakiku."
Bak melodrama korea, ku sambut kata katamu, lalu merangkulmu sambil berbisik, "Maafkan juga aku, perempuanku. Hari ini aku bersumpah bahwa kau adalah perempuan yang tak pantas untuk ku ragui"
Air Tawar, Padang, 24 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H